Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Restu Elangi adalah satu di antara pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Gelora Bung Karno Senayan dan menjadi binaan Koperasi GBK. Saat Asian Games 2018 yang baru berlalu, dia termasuk yang mendapat alokasi berjualan di Pintu 10.
Baca:
GBK Tertib dari PKL Selama Asian Games, Ini Rahasianya
Ditemui di kawasan GBK, Sabtu 8 September 2018, Restu mengisahkan pengalamannya berjualan di ajang pesta olahraga terbesar di Asia tersebut. Sayangnya, dia menambahkan, dagangannya sering dikira gratis oleh para atlet ataupun tamu mancanegara.
Restu menjelaskan para tamu dari berbagai negara itu beberapa kali menanyakan apakah minuman yang ada di lapaknya gratis. “’No free mister’, berkali-kali saya bilang gitu,” katanya sambil tersenyum.
Restu menceritakan, dia bersama puluhan PKL diharuskan menata dagangan atau lapak rapi dan bersih. Dia menduga karena terlalu rapi dan mengikuti aturan, deretan minuman segar yang dijajakannya dalam kotak es kerap disangka gratis.
Baca juga:
Heboh Bakal Nikahi Polwan, Ahok: Saya Jawab Setelah Bebas
Imbasnya, Restu harus berkali-kali memberi penjelasan kepada orang asing dengan bahasa Inggris yang seadanya. “Waktu saya bilang harga Pocari Sweat Rp 10 ribu, misalnya, mereka kaget,” ujar Restu.
Di antara pengunjung asing dari 44 negara, Restu sering dibuat pusing oleh mereka yang datang dari India dan Cina. Kedua negara itu, kata Restu, sering menawar barang dagangan PKL. Seperti saat seorang warga India menawar sebotol minuman ringan seharga Rp10 ribu menjadi Rp 4 ribu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini