Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Elanto Hadang Konvoi Moge, Ini Analisis Kerabat Keraton

Kerabat Keraton Yogyakarta, G.B.P.H. Prabukusumo, menilai ada aspek kecemburuan dan arogansi dalam kasus penghadangan konvoi moge.

18 Agustus 2015 | 16.43 WIB

Elanto Wijoyono memberhentikan laju konvoi motor gede (moge) di perempatan Condong Catur, Yogyakarta, 15 Agustus 2015. Selain melanggar lalu lintas, menurut Elanto, aksi konvoi moge juga telah menggangu pengendara jalan raya lainnya. youtube.com
Perbesar
Elanto Wijoyono memberhentikan laju konvoi motor gede (moge) di perempatan Condong Catur, Yogyakarta, 15 Agustus 2015. Selain melanggar lalu lintas, menurut Elanto, aksi konvoi moge juga telah menggangu pengendara jalan raya lainnya. youtube.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kerabat Keraton Yogyakarta, Gusti Bendoro Pangeran Hario Prabukusumo, menuturkan insiden penghadangan konvoi sepeda motor gede di Yogyakarta oleh aktivis Elanto Wijoyono akhir pekan lalu seharusnya tak perlu terjadi.

“Ada dua persoalan yang belum selesai, ada sisi kecemburuan sosial dan sisi arogansi, sehingga muncul gesekan,” ujar Prabukusumo, Selasa, 18 Agustus 2015.

Adik tiri Raja Keraton Sri Sultan Hamengku Buwono X itu menilai selama ini masyarakat, terutama kaum tak berpunya, masih terpisah dengan ketimpangan sosial ekonomi tajam antara si kaya dan miskin. Pemerintah juga belum mampu menyeimbangkan kondisi sosial tersebut karena masih adanya berbagai praktek korupsi yang menghambat kesejahteraan.

“Kecemburuan ini makin menjadi saat muncul tindakan mengarah arogansi, misalnya pengendara motor gede yang karena dikawal polisi lalu dianggap duwe dalane dewe (memiliki jalan sendiri),” kata Prabu.

Ia pun meminta setiap pihak paham dua persoalan tersebut sehingga tak memicu gesekan. “Konvoi silakan, tapi yang tertib dan tak menyalahi aturan,” tutur Prabu.

Atas aksi penghadangan oleh Elanto terhadap konvoi motor gede itu, Prabukusumo pun tak ingin membela salah satu pihak. Namun ia mengingatkan, di tengah situasi ekonomi yang masih karut-marut saat ini, mesti ada solidaritas sosial yang dikedepankan. Misalnya, menghilangkan watak selalu minta diistimewakan karena berpunya.

“Meskipun saya dengar kalau naik motor gede itu juga susah diajak jalan pelan, terlalu berat kalau ditahan kaki orang kita, saya enggak tahu benar-tidak info itu karena belum pernah dan tak ingin punya (moge) karena mahal,” ujar bos perusahaan iklan dan Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia DIY itu.

PRIBADI WICAKSONO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Zed abidien

Zed abidien

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus