Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Hari Kartini, Yenny Wahid: Perempuan Jadilah Agen Perdamaian

Di hari Kartini, putri Gus Dur, Yenny Wahid mengingatkan perempuan Indonesia untuk menjaga pluraslisme di lingkungan masing-masing.

21 April 2018 | 16.37 WIB

Yenny Wahid. Dok. TEMPO
Perbesar
Yenny Wahid. Dok. TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur The Wahid Institute, Yenni Wahid mengungkapkan apa saja tantangan bagi para kartini di era sekarang. Menurut dia, dalam peringatan Hari Kartini hari ini, 21 April, para perempuan mesti bersatu untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan menjaga perdamaian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terkait perdamaian, Yenny Wahid mengatakan, salah satu masalah yang dihadapi saat ini adalah intoleransi. Sebab itu, penting menanamkan nilai-nilai pluralisme sehingga bisa tercipta kehidupan yang harmonis di masyarakat. "Perempuan Indonesia, kartini zaman sekarang bisa menjadi agen perdamaian," kata putri Gus Dur ini kepada Tempo di Jakarta, Selasa 17 April 2018.

Caranya, menurut Yenny Wahid, dengan ikut berpartisipasi menebarkan pesan dan nilai toleransi di lingkungan masing-masing. Cara paling sederhana adalah mulai dengan cara mendidik anak untuk lebih terbuka terhadap perbedaan yang ada di masyarakat. Misalnya ketika anak bertanya, kenapa temannya ada yang beribadah ke masjid, ke gereja, ke pura, atau ke vihara, mereka mesti mendapatkan pemahaman yang benar tentang perbedaan keyakinan itu.

Yenny Wahid mengatakan, ketika anak bertanya tentang keberagaman beragama dan ibunya seorang muslimah misalnya, maka dia bisa menjelaskan Tuhan memang menciptakan manusia dari beragam suku bangsa, agama, dan latar belakang yang berbeda-beda supaya saling mengenal satu sama lain.

Yenny Wahid. TEMPO | Rini K

"Itu misi kemanusiaan yang sudah ditulis dengan jelas dalam Al-Quran," kata Yenny Wahid. Dengan begitu, dia melanjutkan, menghargai perbedaan di antara manusia apapun latar belakangnya -agama, kepercayaan, suku, ras, dan lain sebagainya, adalah upaya untuk mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Tuhan.

Selain bisa menjadi agen perdamaian, perempuan bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, ini mengatakan tantangan ketimpangan gender juga masih menjadi persoalan. Contoh, perempuan masih diberi upah 30 persen lebih murah ketimbang laki-laki untuk jenis pekerjaan yang sama, angka kematian ibu melahirkan yang terbilang tinggi, dan masih terjadi kekerasan berbasis gender. "Ini menjadi tantangan kita semua," ucap dia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus