Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu tren yang berkembang saat ini adalah banyaknya ibu baru yang mengunggah foto-foto bayi di media sosial. Ini adalah hal normal, tapi kebiasaan ini sudah lama jadi kontroversi. Ada yang mendukung, ada juga yang menentang. Faktanya, ada sisi gelap dari unggahan foto-foto bayi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti dari Ohio State University menemukan bahwa kemungkinan hubungan antara penggunaan media sosial untuk berbagi informasi tentang bayi dan keadaan psikologisnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian itu berfokus pada kelompok yang terdiri dari 127 ibu, semuanya berpendidikan tinggi dengan pekerjaan penuh waktu, dan, sebagian besar sudah menikah. Menurut temuan para peneliti, wanita yang merasakan tekanan untuk menjadi ibu yang sempurna adalah yang paling sering memposting, bahkan secara obsesif, di halaman Facebook mereka.
Selain ingin tampil sempurna, mereka yang sering mengunggah foto juga bereaksi lebih emosional terhadap setiap respons yang mereka terima pada foto yang mereka bagikan.
Sarah Schoppe-Sullivan, seorang profesor di Ohio State University, mengatakan bahwa beberapa wanita menggunakannya dengan cara negatif. "Jika seorang ibu memposting di Facebook untuk mendapatkan penegasan bahwa dia melakukan pekerjaan (sebagai ibu) dengan baik dan tidak mendapatkan semua 'suka' dan komentar positif yang dia harapkan, itu bisa menjadi masalah. Dia mungkin akan merasa lebih buruk," kata dia, dikutip dari Your Tango, Rabu, 13 April 2022.
Ini berarti bahwa wanita yang merasakan tekanan paling besar untuk menjadi sempurna memposting lebih banyak ke media sosial, tapi kemudian depresi ketika mereka tidak mendapatkan tanggapan yang diharapkan.
"Memang bagus berbagi cerita dan foto bayi Anda, tetapi mengandalkan Facebook untuk merasa senang tentang pengasuhan mungkin berisiko,” dia menambahkan.
Menurut penelitian, wanita yang paling banyak mengunggah di Facebook dilaporkan lebih depresi daripada ibu lain, bahkan berbulan-bulan setelah melahirkan. Studi ini mengikuti aktivitas Facebook mereka dan memberi peringkat seberapa sering masing-masing memposting gambar bayi mereka dan tanggapan terhadap komentar di foto mereka.
Sembilan bulan kemudian, mereka sekali lagi mengumpulkan para wanita dan meminta mereka menyusun pernyataan tentang bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri sebagai ibu.
Studi tersebut menentukan bahwa hampir setiap wanita, 98 persen, menggunakan media sosial untuk berbagi foto anak-anak mereka dengan cara tertentu. Mereka bahkan menentukan bahwa wanita yang mengganti foto profil dengan bayi mereka lebih mudah diidentifikasi sebagai "ibu" daripada mereka yang tidak.
Namun, para peneliti mengatakan bahwa temuan ini bukan fakta yang terbukti mutlak. Mereka menyarankan agar ibu baru memperhatikan apa yang mereka unggah dan bagaimana mereka menggunakan media sosial. Mengunggah foto untuk dibagikan dengan orang yang dicintai memang benar, tetapi jika itu untuk memvalidasi diri sebagai orang tua yang baik, itu memicu depresi.
Baca juga: Mom Shaming Bisa Bikin Para Ibu Stres, Ini Kiat Menghadapinya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.