Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang mekanik pesawat komersil menduga ada masalah pada alat baca ketinggian terbang pesawat Lion Air registrasi PK LQP usai menerbangi rute Denpasar-Jakarta, Minggu malam 28 Oktober 2018. Dugaan itu setelah membaca dokumen aircraft logbook yang ditandatangani pilot dari pesawat yang sama yang keesokan paginya nahas di perairan Tanjung Karawang.
Baca:
Pesawat Lion Air Altitude Disagree Sebelum Jatuh, Apa Artinya?
Dia tidak bisa memastikan apakah abnormal di sisi kapten pilot, kopilot, atau keduanya. Tapi yang pasti abnormalitas harus segera dikoreksi dengan cara kalibrasi. Perbaikan menjadi tanggung jawab mekanik atau teknisi di darat sebelum yang bersangkutan merilis pesawat untuk terbang kembali.
“Kalau enggak (dikalibrasi) saat inflight pilot enggak bisa membedakan ketinggian aktualnya,” katanya lewat aplikasi percakapan Whatsapp. Dia menambahkan, “Ini kritikal sekali.”
Dalam dokumen logbook hanya dibacanya tulisan tangan pilot atas nama Martinus melaporkan di kolom malfungsi. Tapi kolom koreksi yang seharusnya diisi teknisi atau mekanik masih kosong. Padahal, teknisi vital karena yang menyatakan pesawat bisa diservis dan laik terbang.Badan pesawat Boeing 737 saat proses perakitan di pabrik pesawat Boeing di Renton, Washington, 19 Mei 2015. Boeing menargetkan menjual 750 sampai 755 pesawat komersial tahun ini. REUTERS/Saul Loeb
Baca:
Basarnas Temukan Seragam Pramugari Lion Air JT 610
“Mereka akan tandatangan...jadi kalau ada apa-apa related abnormal technic ya orang yang tandatangan tadi di buku tersebut yang bertanggung jawab..”
Fulki Naufan, kopilot pesawat saat menerbangi rute Denpasar-Jakarta, menolak memberi keterangan tentang catatan abnormalitas itu. Sedang Corporate Communications Lion Air Group, Ramaditya Handoko, seperti dikutip dari Koran Tempo Selasa 30 Oktober 2018, mengatakan, “Soal penerbangan itu, kami masih harus cek kembali laporan terakhirnya.”
Baca:
Lion Air Jatuh, Kantong Mayat Dikirim ke RS Polri Bertambah Menjadi 47
Sedang si mekanik lebih jauh mengajak menunggu hasil pencarian rekaman komunikasi pilot atau data lainnya dari penerbangan yang nahas tersebut. Bukti rekaman dikenal sebagai kotak hitam atau black box. “Harus baca CVR dan FDR ( cockpit voice recorder dan Flight Data Recorder) black box untuk kebenarannya.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini