Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO , Bandung - PT Dirgantara Indonesia akan meluncurkan pesawat perintis N219 pada November 2015. Proyek pesawat senilai Rp 500 miliar ini diharapkan akan membantu mobilitas masyarakat Indonesia, khususnya di kawasan Indonesia timur.
Chief Engineering Pesawat N219 Palmana Banandhi mengatakan keunggulan pesawat ini dibandingkan kompetitor di kelasnya adalah kemampuan pesawat yang dapat mengangkut barang dan manusia.
"Jadi pesawat ini mampu menarik keuntungan pilot 500 kilogram dari pesaingnya. Kalau dari sisi performance hampir sama," ujar Palmana kepada Tempo, Kamis, 29 Oktober 2015.
Selain itu, ia mengatakan teknologi pesawat yang digunakan pada N219 menggunakan teknologi yang paling mutakhir. Palmana membandingkan dengan pesawat sekelas, seperti pesawat Twin Otter yang menggunakan teknologi mesin 1960.
"Dari sisi aerodynamic menggunakan teknologi tahun 90-an. Karena kita menggabungkan antara teknologi air foil CN 235 dan N250 sehingga secara teknologi ini lebih unggul," ujar Palmana.
Selain itu, keunggulan N219 ialah mampu take off atau landing di segala jenis landasan. Pesawat N219 memiliki kemampuan mendarat di landasan tak beraspal atau landasan tanah.
"Pesawat ini dirancang untuk memenuhi (kebutuhan) di wilayah perintis, di mana di wilayah tersebut belum memiliki fasilitas bandara yang sempurna," ujarnya.
Jadi, Palmana mengatakan pesawat ini sangat cocok dioperasikan di Indonesia bagian timur. Selain dapat mendarat di landasan tanah, pesawat ini mampu bermanuver pada kecepatan rendah.
"Ini cocok untuk di wilayah Papua. Karena wilayah di sana kan berbukit-bukit, jadi membutuhkan pesawat yang bisa terbang dengan kecepatan yang sangat rendah. Jadi bisa menyusupi bukit-bukit di sana," kata palmana.
Palmana mengatakan pesawat ini mampu menampung 19 penumpang. Selain untuk keperluan transportasi sipil, pesawat ini pun bisa digunakan untuk keperluan militer.
Rencananya, prototipe pesawat akan ditampilkan kepada publik pada pertengahan November 2015. Namun, untuk bisa terbang, pesawat ini membutuhkan waktu sekitar enam bulan ke depan. Proyek N219 telah direncanakan sejak 2006. Proyek ini merupakan kerja sama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dengan PT Dirgantara Indonesia.
Dalam proyek ini, pemerintah Indonesia telah mengucurkan dana sebesar Rp 400 miliar. Target hingga selesai, pesawat ini memerlukan dana sekitar Rp 500 miliar.
Kendati belum rampung 100 persen, sejumlah perusahaan maskapai penerbangan sudah mengantre untuk membeli pesawat ini. Pesawat N219 akan dijual seharga US$ 5-6 juta.
Selain keunggulan yang telah disebutkan di atas, Palmandi mengatakan salah satu keunggulan pesawat ini, hampir 40 persen tenaga dan bahan baku pesawat dikerjakan oleh anak bangsa. Palmana berharap rampungnya proyek ini mampu mendongkrak industri dirgantara nasional.
IQBAL T. LAZUARDI S
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini