Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO , Jakarta: Palembang--Kabut asap masih menyelimuti Palembang dalam beberapa hari terakhir. Pekatnya kabut asap bahkan menyebabkan sejumlah penerbangan ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II mengalami delay lumayan parah.
Namun Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin menilai penanganan kabut asap di provinsinya terus dilakukan. "Penanganannya lebih dari maksimal," kata Alex, Jumat, 16 Oktober 2015, di Jakabaring Sport City, Palembang.
Berdasarkan pantauan Tempo, kabut asap masih lumayan pekat menyelimuti Kota Palembang pada Jumat. Sejak pagi hingga sore hari, kabut asap menggantung di langit Kota Palembang. Ini membuat jarak pandang hanya berkisar 500 meter. Kondisi kabut asap hampir sama pada Kamis kemarin yang membuat jadwal penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II mengalami delay empat jam.
Menurut Alex, menangani kabut asap yang muncul dari kebakaran hutan dan lahan bukan soal gampang. Bahkan setelah mendapat bantuan negara asing pun, kabut asap belum berkurang signifikan.
Alex bersyukur penanganan kabut asap telah melibatkan negara-negara asing. "Bagusnya juga supaya negara lain itu tahu betapa seriusnya kami, betapa sungguh-sungguhnya kami, betapa tingkat kesulitan yang dihadapi. Jadi dengan melihat dan membantu, mereka tidak bisa ngomong sembarangan lagi kan."
Ihwal timbulnya korban, Alex meminta supaya adanya korban meninggal tidak dikaitkan dengan kabut asap. Sebab, munculnya korban jiwa bisa saja karena warga yang memang sudah sakit, namun diperparah oleh asap. "Jadi bukan karena asap jadi korban," kata dia.
Alex beralasan saat melayat bayi yang meninggal, banyak tetangga datang berkumpul yang gendong bayi. "Bayinya sehat-sehat, jadi kalau bayi yang meninggal semata-mata asap, bayi yang lain kenapa tidak," kata dia.
Persoalan kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan kabut asap memang berulang hampir setiap tahun. Alex mengatakan penyebab kebakaran hutan dan lahan karena pengelolaan yang salah pada lahan gambut.
Ini menyebabkan pada musim kemarau, gambut menjadi kering sampai ke bawah. "Kalau sudah kering, gambut sangat mudah terbakar, tergesek saja oleh angin kencang bisa jadi api," kata Alex.
AMIRULLAH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini