Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Polda Metro Jaya mengambil sampel "Deoxyribose Nucleic Acid" (DNA) kelima korban yang tewas akibat kebakaran PT Mandom Indonesia di kawasan industri, Cikarang, Bekasi. Insiden yang terjadi pada Jumat, 10 Juli 2015 itu mengakibatkan 50 pegawai pabrik luka bakar parah dan lima karyawan meninggal dunia.
"Hari ini kami melaksanakan pendataan ante-mortem," kata Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Musyafak di Jakarta, Sabtu, 11 Juli 2015.
Musyafak mengatakan tim DVI Polda Metro Jaya juga menerima tiga keluarga yang mengaku kehilangan kerabatnya yang bekerja di pabrik terbakar tersebut. Petugas kemudian mengambil sampel DNA ketiga keluarga itu untuk dicocokkan dengan sampel para korban kebakaran.
Sejauh ini, petugas kepolisian telah mengidentifikasi kelima korban yang meninggal dunia, yakni terdiri atas empat orang perempuan dan seorang pria. Petugas belum menemukan penambahan jumlah korban tewas maupun luka akibat kebakaran tersebut.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Muhammad Iqbal mengatakan polisi sedang mendalami pelanggaran prosedur atau SOP yang mungkin menyebabkan terjadinya kebakaran.
Iqbal mengatakan tim dari kepolisian telah melakukan olah TKP dan melakukan mapping pabrik. Menurut dia, seluruh manajemen yang mengetahui standar SOP di setiap divisi akan dimintai keterangan. "Sehingga bisa mapping di dalam pabrik, ada berapa orang di setiap ruangnya dan mencari tahu ada SOP yang dilanggar atau tidak," kata dia, Jumat, 10 Juli 2015.
Iqbal mengatakan semua korban, baik yang luka bakar maupun meninggal dunia, merupakan warga negara Indonesia. "Tidak ada WNA, tidak ada orang Jepang," kata Iqbal. Menurut dia, korban meninggal dunia sulit diidentifikasi. "Kondisi mayat sudah gosong dan menyusut."
Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Khrisna Murti mengatakan jika ditemukan unsur pelanggaran maka ia akan segera memproses pelaku. "Masih menunggu hasil dari Puslabfor dulu," kata dia.
DINI PRAMITA | ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini