Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para pemotor yang konvoi mensyiarkan khilafah di bawah naungan bendera Khilafatul Muslimin memiliki struktur organisasi di Indonesia. Konvoi mereka yang viral di media sosial ini juga dilakukan berdasarkan komando per wilayah yang dipimpin seorang amir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Amir Wilayah Jamaah Khilafatul Muslimin Bekasi Raya, Abu Salma buka-bukaan mengenai struktur organisasi seusai aksi konvoinya viral. Dia juga turut menyampaikan maksud dan tujuan konvoi motor itu dilakukan, serta berbedanya Khilafatul Muslimin dengan organisasi penegak khilafah lainnya yang sudah ada selama ini.
Khilafatul Muslimin bersifat internasional, berpusat di Lampung
Dari struktur organisasi, Abu Salma menerangkan, Pimpinan Pusat Khilafatul Muslimin Internasional atau untuk seluruh dunia ada di Lampung. Pemimpinnya disebut Kholifah atau Amirul Mukminin bernama Syekh Abdul Qadir Hasan Baraja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di bawahnya ada Amir Daulah Sumatra Ustadz Supriono Hadi yang wilayahnya meliputi Lampung sampai Aceh. Kemudian, Amir Daulah Jawa Ustdadz Hamzah Sat meliputi Merak sampai Madura. Lalu Amir Daulah Indonesia Timur Ustadz Zulkifli Rahman meliputi NTB sampai Sorong Papua.
"Ada wilayah yang tidak di bawah naungan daulah karena kondisinya masih jauh, itu di bagian Borneo dan sekitarnya, Makassar, Kalimantan, Sulawesi. Amir Wilayah Boreno itu Ustadz Amiruddin Dewa, meliputi Kalimantan dan Sulawesi," kata dia saat dihubungi, Selasa, 31 Mei 2022.
Khilafatul Muslimin tidak menuntut perubahan sistem dan mengambil alih negara
Abu Salma menerangankan, Khilafatul Muslimin ini terbentuk dengan tujuan sebagai sistem atau wadah tempat berkumpulnya atau bersatunya umat Islam. Mereka tidak menuntut pengambil alihan kekuasaan, punya wilayah sendiri, dan harus ditegakkannya syariat sempurna.
"Padahal khilafah ini ya sistem sebagaimana Nabi Muhammad muncul sendirian tanpa ada kekuasaan, sehingga akhirnya orang berpendapat harus merampas negara, merongrong negara, ini yang dipandang kebanyakan semua orang, jadi khilafah di frammingnya begitu," ucap Abu Salma.
Khilafatul Muslimin tak punya kaitan dengan HTI
Dia menuturkan, Khilafatul Muslimin juga tidak berkaitan dengan organisasi penegak khilafah lainnya, seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), ataupun organisasi yang dicap teroris seperti Majelis Mujahidin Indonesia. Malah, dia mengajak anggota organisasi tersebut berlepas diri dan bergabung.
"Kalau semua kelompok benar, pasti ada yang lebih benar, yang dibenarkan Allah untuk bersatu walaupun misalkan Muhammadiyah, di bawah naungan khilafah, Mujahidin di bawah naungan khilafah, HTI di bawah naungan khilafah, komandonya tetap khilafah, enggak masalah sebetulnya," ucap dia.
Organisasi yang terbuka, transparan dengan alamat yang jelas
Abu Salma pun menyatakan khilafah yang dibangun Khilafatul Muslimin selama ini juga tidak tertutup. Khilafatul Muslimin kata dia punya alamat yang jelas, nomor telepon, hingga penanggung jawab. Bahkan program-programnya juga tidak tertutup, seperti konvoi motor.
"Jadi motor syiar ini kita ingin lebih transparan terhadap masyarakat supaya tidak terkesan eksklusif, underground. Jadi kita memang lebih kepada terbuka kepada umat supaya enggak penasaran itu apasih khilafah, itu apa sih hijau putih," ucap dia.
Konvoi Khilafah dilakukan setiap 4 bulan sekali
Konvoi motor ini menurutnya merupakan program yang diinisiasi Daulah wilayah Jawa, sehingga belum diikuti Daulah Sumatera, dan Daulah Wilayah Timur. Menurut dia, Polisi pun sudah mengetahui program ini karena selalu disampaikan selama program ini berjalan setiap 4 bulan.
"Sebetulnya kita cenderung karena sudah berkomunikasi baik, artinya kita sudah ada contact personnya kadang kita duduk bareng, ngopi bareng sama rekan-rekan polisi. Ada juga yang memang dipanggil secara resmi tapi tidak tersurat, juga ada. Kita senang telfonan aja sih," kata Abu Salma.
Khilafatul Muslimin kata Abu Salma juga memiliki pondok pesantren gratis yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Menurutnya, pondok pesantren tersebut sudah hampir 30 unit dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Di Bekasi misalnya yang di bawah naungannya bernama Pondok Pesantren Ukhuwwah Islamiyah.
"Di Bekasi kurang lebih 200 santri karena kita kapasitasnya terbatas jadi tidak menampung banyak. Kalau pondok pesantren kita gratis ya, tidak mengajukan biaya, jadi bagi siapa saja yang mau mondok silahkan," kat Abu Salma.