Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Kronologi Bocah Meninggal Setelah ikut Pembagian Sembako di Monas

Komariyah mengaku menyesal mengajak anaknya untuk ikut pembagian sembako di Monas.

2 Mei 2018 | 01.00 WIB

Komariyah, 49 tahun, ibu dari M Rizki Syaputra, 10 tahun salah satu anak yang diduga meninggal ketika pembagian sembako dalam forum Untukmu Indonesia pada Sabtu, 28 April 2018. Rizki merupakan satu dari dua orang yang diduga meninggal dalam acara tersebut, 1 Mei 2018. TEMPO/Dias Prasongko
material-symbols:fullscreenPerbesar
Komariyah, 49 tahun, ibu dari M Rizki Syaputra, 10 tahun salah satu anak yang diduga meninggal ketika pembagian sembako dalam forum Untukmu Indonesia pada Sabtu, 28 April 2018. Rizki merupakan satu dari dua orang yang diduga meninggal dalam acara tersebut, 1 Mei 2018. TEMPO/Dias Prasongko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Acara pembagian sembako di Monas memakan korban jiwa. Dua anak meninggal setelah ikut mengantre bersama orang tuanya. Mereka adalah Muhammad Rizki Syaputra, 10 tahun, dan Mahesa Junaedi, 13 tahun. Berdasarkan pemeriksaan dokter, dua bocah itu menderita dehidrasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Tempo menemui Komariyah, ibu Rizki Syaputra, di kediamannya di Jalan Budi Mulia, Pademangan Barat, Jakarta Utara. Perempuan 49 tahun itu tertarik untuk ikut pembagian sembako karena mendapat kupon. “Saya dapat kupon dari Ibu Sri, kenalan saya,” katanya, Senin, 1 Mei 2108. Menurut Komariah, ia bertemu Sri pada 27 April lalu.

Keesokan harinya, kata Komariyah, ia berangkat bersama Rizki dan sejumlah tetangga yang juga mendapatkan kupon. Mereka berkumpul di ruko Permata Ancol. Dari sana ada sebuah bus yang disiapkan untuk membawa mereka ke Monas. “Bus berangkat sekitar pukul 10.00 dan sampai di Monas sekitar jam 12.00,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca: Kebijakan Bensin Premium, Bahan Bakar Jokowi untuk Pilpres 2019

Sambil menunggu pembagian sembako dimulai, Komariyah mengajak Rizki berputar-putar di sekitar Monas. Satu jam kemudian ia mendatangi area kegiatan untuk ikut mengantre. Namun antrean sudah sangat panjang karena penerima kupon mencapai ribuan. Komariah akhirnya memilih antrean pembagian makanan karena Rizki sudah lapar.

Saat ia dan Rizki berada dalam barisan, badannya terdorong ke depan. Sementara barisan orang yang ada di depannya bertahan dan balik mendorong ke belakang. "Saat berdesak-desakan itulah, Rizki jatuh dam sempat terinjak," kata Komariyah.

Komariyah akhirnya memutuskan keluar dari barisan. Ia mengajak Rizki berteduh di bawah pohon. Wajah Rizki sudah pucat. Tidak berapa lama bocah itu muntah dan kejang-kejang.

Komariyah segera meminta bantuan panitia. Namun petugas kesehatan di sana tak memiliki peralatan medis yang cukup. Karena itu Rizki segera Rizki dilarikan ke Rumah Sakit Tarakan.

Setelah memeriksa Rizki, dokter menilai kondisi bocah itu sudah payah. Akhirnya pada pukul 17.00, Rizki dimasukan ke ruang ICU. Keesokan harinya, pada pukul 04.35, Rizki menghembuskan nafas terakhir. Ia dimakamkan di Botor, dekat pusara sang ayah.

Komariyah mengaku menyesal mengajak anaknya untuk ikut pembagian sembako di Monas itu. Ia berharap waktu bisa diputar kembali ke belakang. "Saya tak minta apapun, saya ingin anak saya hidup lagi," kata perempuan itu dengan mata berkaca-kaca.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus