Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lima tahun berlalu, misteri kematian mahasiswa Universitas Indonesia Akseyna Ahad Dori, belum juga menemui titik terang. Jasad Ace sapaan Akseyna, ditemukan mengambang di Danau Kenanga UI, pada Kamis, 26 Maret 2015. Saat itu, Akseyna berusia 18 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Polri menyatakan polisi kembali melakukan olah tempat kejadian perkara untuk mengungkap kematian mahasiswa UI jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan angkatan 2013 itu. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Markas Besar Polri Komisaris Besar Asep Saputra mengatakan penyidik masih berusaha mengungkap kematian Akseyna meski telah lima tahun berlalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"TKP sudah diolah kembali oleh Kapolres Depok Kombes Azis Andriansyah," kata Asep di kantornya, Jakarta Selatan, Senin, 3 Februari 2020. Kematian anak dari Kolonel Sus Mardoto itu masih menyisakan misteri hingga hari ini. Tempo mencatat sejumlah fakta di balik kematian Akseyna. Berikut fakta yang terangkum dalam kasus kematian Akseyna:
1. Sempat Diduga Bunuh Diri
Kepolisian Resor Kota Depok awalnya menyatakan bahwa kematian Aksena karena bunuh diri. Juru bicara Kepolisian Resor Depok Inspektur Dua Bagus Suwardi sempat mengatakan bahwa kematian Akseyna merupakan kejadian bunuh diri. Polisi mengevakuasi mayat Akseyna Ahad Dori dari Danau Kenanga, Universitas Indonesia, Depok, 26 Maret 2015. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
"Berdasarkan bukti kemungkinan bunuh diri," ucap Bagus, 8 April 2015. Bukti yang dimaksud adalah temuan batu dalam tas Akseyna sebagai alat untuk menenggelamkan diri.
Namun air danau tempat jasad Akseyna ditemukan terlalu dangkal. Akseyna pun bisa berenang. Akseyna ditemukan mengapung 1 meter dari tepi danau. Kedalaman air di titik itu hanya 1,5 meter, sedangkan tinggi badan Akseyna 1,7 meter.
2. Grafolog Menduga Surat Wasiat Akseyna Ditulis Dua Orang
Ada surat pendek bertulisan "Will not return for eternity, please don't search for existence, my apologies for everything". Surat diberikan teman Akseyna, Achmad Jibril Jamaluddin, kepada Mardoto, ayah kandung Akseyna, ketika mencari anaknya ke Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alarn UI, 30 Maret 2015.
Jibril mengaku menemukan surat itu ketika masuk dan menginap di kamar kos Akseyna sehari sebelumnya.
Terdapat coretan perubahan kata dalam surat. Kata "never" dicoret menjadi "not", kata "ever" menjadi "eternity", dan kata "me" menjadi "existence".
Grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation, Deborah Dewi, meragukan surat wasiat itu sepenuhnya ditulis Akseyna. Ia pun menilai ada kejanggalan dalam tulisan itu dan menganalisinya. Menurut dia, arah kemiringan tulisan dalam kalimat perpisahan berbentuk vertikal, sedangkan kemiringan tulisan asli Akseyna diagonal ke arah kanan. Kemiringan juga ditemukan pada tanda tangan mahasiswa UI itu.
Deborah juga menyoroti gaya penulisan huruf "g" pada kedua tulisan. Dia melingkari setiap huruf "g" yang ada pada surat wasiat itu. Huruf tersebut berbeda dengan yang ditulis dalam biodata. Sebab, Akseyna memiliki gaya tulisan khas dalam menuliskan huruf "g". Huruf tersebut memiliki dua garis mengulang di dekat kepala huruf.
3. Polisi Ubah Pernyataan: Akseyna Tewas Dibunuh
Polres Depok menemui kesulitan dalam mengungkap kasus kematian Akseyna. Kesulitan itu berupa minimnya barang bukti di tempat jenazah Akseyna ditemukan.
Pada 2015, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Khrisna Murti mengatakan pihaknya menemukan bukti yang mengarah pada kematian yang tidak wajar atau pembunuhan. "Sebab dari kondisi yang ada, agak aneh jika dia bunuh diri," katanya, Kamis, 4 Juni 2015.
Khrisna mengatakan penyidik telah mengidentifikasi sepatu Akseyna. Setelah diteliti, bagian belakang sepatu Akseyna rusak. Ini mengindikasikan dia diseret oleh seseorang. Selain itu, ditemukan pula lebam di wajah Akseyna.
Selain itu, aneh jika Akseyna memutuskan bunuh diri di Danau Kenanga UI. "Air danau itu tak sampai kepala," kata dia. Jika ingin bunuh diri, seharusnya Akseyna memilih air yang lebih dalam. Karena itu, keanehan-keanehan ini menjadi tanda ketidakwajaran dalam kematian Akseyna.
4. Polisi Buka Kemungkinan Olah TKP Lagi
Polri membuka kemungkinan melakukan olah TKP ulang kasus dugaan pembunuhan mahasiswa Universitas Indonesia Akseyna Ahad Dori jika ada bukti baru dalam penyelidikan.
"Seandainya mendapatkan informasi yang baru ataupun mendapatkan fakta-fakta baru dimungkinkan untuk melakukan olah TKP kembali," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Raden Prabowo Argo Yuwono di Jakarta, Jumat 7 Februari 2020.Tampak muka kos-kosan Akseyna Ahad Dori di Wisma Widya, Depok, Jawa Barat. TEMPO/Yolanda Ryan Armindya
Olah TKP bisa dilakukan berulang kali untuk mencari alat bukti baru dalam suatu kasus.
"Jadi olah TKP bisa tidak hanya satu kali, bisa dua kali, tiga kali pun boleh karena kita akan mencari suatu alat bukti yang baru ke depannya," ujarnya.
5. Orang Tua dan Kampus UI Berharap Kasus Akseyna Cepat Tuntas
Orang tua Akseyna Ahad Dori, Mardoto mengaku telah mendengar kabar terkait upaya penyelidikan kembali kasus kematian sang anak. “Saya sudah dengar, tahunya dari rekan-rekan jurnalis,” kata Mardoto saat dikonfirmasi Tempo, Selasa 4 Februari 2020.
Mardoto pun tidak mempermasalahkan hal itu, namun ia berharap pihak kepolisian bekerja dengan sangat baik dan menemukan titik terang penyebab kematian putra keduanya itu. “Bagi kami, ada progres positif, yang mengarah pada terkuaknya siapa pelakunya,” kata Mardoto.
Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro berharap kasus kematian mahasiswa UI Akseyna lima tahun lalu bisa diusut tuntas oleh kepolisian. "Ya diusutlah kalau ada titik terang silakan diselidiki terus," kata Ari Kuncoro usai menghadiri acara Soft Launching Program Pembelajaran Daring di Fakultas Ilmu Budaya UI Depok, Selasa 4 Februari 2020.
Dikatakannya kasus kematian mahasiswa UI ini harus bisa dijawab oleh pihak kepolisian karena tentunya pihak keluarga Akseyna menunggu perkembangan penanganan kasus tersebut. "Paling tidak kita bisa mengetahui karena pada waktu itu ada yang tidak bisa dijawab," ujar Rektor UI itu.
Ari mengatakan hingga saat ini belum melakukan komunikasi apapun dengan pihak kepolisian karena dirinya baru dilantik menjadi Rektor UI pada 4 Desember 2019. "Saya juga tidak tahu kalau ada olah TKP kembali di sini dan hanya mengetahui dari media saja," katanya.
Kasus kematian Akseyna Ahad Dori belum terungkap hingga hampir lima tahun. Mahasiswa UI Jurusan Biologi, FMIPA angkatan 2013 itu ditemukan tewas mengambang di Danau Kenanga UI pada 26 Maret 2015.