Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Mirantika Kusuma Dewi Bangga Jadi Masinis Wanita LRT Jakarta

Di usianya yang masih 23 tahun, Mirantika Kusuma Dewi sudah berhasil menjadi masinis wanita untuk kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) Jakarta.

29 Agustus 2018 | 14.08 WIB

Mirantika Kusuma Dewi salah satu masinis wanita di kereta ringan light rail transit (LRT) Jakarta saat ditemui di stasiun LRT Velodrome, Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. TEMPO/Yatti Febri Ningsih
Perbesar
Mirantika Kusuma Dewi salah satu masinis wanita di kereta ringan light rail transit (LRT) Jakarta saat ditemui di stasiun LRT Velodrome, Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. TEMPO/Yatti Febri Ningsih

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak wanita yang menjadikan profesi yang biasa identik dengan pria sebagai pekerjaannya. Salah satunya menjadi pengendara moda transportasi berbasis rel atau kereta. Bahkan, rata-rata mereka merupakan generasi millenial, misalnya Mirantika Kusuma Dewi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mirantika seorang gadis kelahiran Bekasi, Jawa Barat 3 Maret 1995. Di usianya yang masih 23 tahun, ia sudah berhasil menjadi masinis untuk kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) Jakarta. Ini merupakan kereta ringan pertama di Jakarta yang semula ditujukan guna mendukung perhelatan Asian Games 2018 yang akan digelar di Jakarta mulai tanggal 18 Agustus hingga 2 September 2018.

“Kita total ada 25 masinis untuk yang nanti beroperasi di LRT Jakarta dan terdiri dari enam masinis wanita, selebihnya pria semua dan lima diantaranya adalah masinis senior,” cerita Mirantika saat ditemui di Stasiun Velodrome, Jakarta Timur, pertengahan Agustus lalu. 

Mirantika Kusuma Dewi merupakan lulusan dari Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) Madiun, Jawa Timur. Setelah lulus, ia langsung tertarik untuk bisa menjadi masinis di LRT Jakarta. Selain sesuai dengan jurusan yang ia ambil, pilihannya tersebut karena LRT Jakarta adalah kereta ringan pertama yang akan beroperasi di Jakarta dan tentu dia akan menjadi bagian dari sejarah tersebut.

“Di Indonesia ini kan baru ada , kayak MRT dan LRT kan baru. Excited, apalagi ini ini transportasi baru di Indonesia. Apalagi kan kita operasinya baru,” kata Mirantika. Namun menurut Mirantika, bukan berarti mudah untuk bisa meraih posisinya itu.

Kereta light rail transit (LRT) melintas saat diuji coba di Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa, 28 Agustus 2018. Saat uji coba, LRT melaju dengan kecepatan 25 kilometer per jam hingga 40 kilometer per jam dengan jarak tempuh 5,8 km dan secara keseluruhan prores pengerjaan sudah mencapai 87 persen. TEMPO/Fakhri Hermansyah

Sebab kata dia, harus ada proses seleksi ketat yang harus dilewati serta sertifikasi dari Dirjen Perkeretaapian Republik Indonesia. Proses ini juga harus melalui pelatihan dulu selama tiga bulan di API Madiun tempatnya bersekolah. “Yang jelas dari kondisi fisik kayak nggak boleh buta warna, kedua pengetahuan tentang sarana atau cara menjalankan kereta. Itu sih intinya,” lanjut Mirantika.

Berbeda dari moda transportasi berbasis rel lainnya yang ada, LRT nantinya akan beoperasi menggunakan sistem Operation Control Center (OCC). Dengan OCC inilah para masinis akan berkoordinasi dalam pengoperasionalan kereta. Soal hal ini, Mirantika memastikan ia sudah mendapatkan pelatihan untuk memberikan pelayanan yang maksimal. “Kalau di Madiun kita sambil pelajari panel-panelnya. Jadi kalau kita udah terbiasa dengan kereta manual, yah yang otomatis ini lebih gampang,” kata dia.

Kereta LRT Jakarta sendiri akan melayani sebanyak enam stasiun yakni Stasiun Velodrome, Stasiun Equestrian, Stasiun Pulomas, Stasiun Boulevard Selatan, Stasiun Boulevard Utara, dan Stasiun Pegangsaan Dua. Setelah resmi beroperasi kereta ini akn memiliki headway selama 5-10 menit serta waktu tempuh 20-30 menit dengan total sebanyak 240 penumpang untuk sekali perjalanan. “Saya merasa terhormat karena baru-baru ini aja masinis wanita baru ada. Terus karena kita beroperasi duluan (dibanding LRT Bodebek dan MRT Jakarta). Jadi, kita ngerasa bangga aja sih,” tutup Mirantika.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus