Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Depok - Salah satu orang tua korban tewas dalam kecelakaan bus Putera Fajar, Diana, bercerita melihat kejanggalan saat melepas anaknya, Mahesya Putra, pelajar SMK Lingga Kencana, Depok, untuk mengikuti perpisahan sekolah di Bandung. Kejanggalan itu ketika ia melihat ban bus tersebut sempat selip di pertigaan Parung Bingung beberapa saat setelah berangkat membawa rombongan pelajar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kalau dari rumah enggak ada apa-apa. Cuma pas berangkat aja itu waktu ban bus nyangkut," tutur Diana, di kediamanya di RT. 01/10 kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Depok, Ahad, 12 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ia kecewa pada pihak sekolah yang memaksakan jalan dengan kondisi bus yang tidak baik. Menurut dia, ketika ban bus sempat selip sekolah seharusnya meminta sopir memeriksa kelayakan bus. "Saya ngenes-nya di situ, kenapa tetap dipaksakan," kata Diana.
Diana merasa sangat kehilangan Mahesya. Ia menuturkan sulung dari empat bersaudara itu sangat sayang kepada ketiga adiknya. Bahkan almarhum berencana membelikan oleh-oleh baju untuk adiknya yang kembar.
"Dia ingin banget berangkat, enggak tega, saya berikan bekal uang, katanya mau beliin baju buat adik kembarnya," kisah Diana.
Di mata Diana, putra sulungnya itu anak yang baik dan bercita-cita menjadi pesepakbola. Mahesya bahkan rela setelah lulus SMK mau kerja sambil kuliah untuk membantu perekonomian keluarga. "Mau bahagiain ibunya," ucapnya lirih.
Mahesya pergi tepat tujuh hari jelang ulang tahunnya yang ke-18 pada Ahad pekan depan. "Saya bilang mau makan-makan di mana. Mungkin ini sudah takdirnya," kata Diana terisak.
Diana mengungkapkan anak sulungnya itu merupakan pribadi yang baik dan penurut, bahkan tidak pernah menuntut macam-macam ke orang tua. "Nurut anaknya, enggak neko-neko, baik dan sayang adik-adiknya," ucap Diana.