Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Panen Petani Bojonegoro Diawasi Tentara, Kenapa?  

Sekitar 400 Bintara Pembina Desa (Babinsa) mengawasi petani yang sedang panen padi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

18 Agustus 2015 | 13.35 WIB

Ilustrasi panen/sawah.  ANTARA/Dedhez Anggara
Perbesar
Ilustrasi panen/sawah. ANTARA/Dedhez Anggara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Bojonegoro - Sekitar 400 Bintara Pembina Desa (Babinsa) mengawasi petani yang sedang panen padi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. “Untuk pengawasan dan distribusi beras,” kata Komandan Komando Distrik Militer Bojonegoro Letnan Kolonel Donova Tri Pamungkas kepada Tempo, Selasa, 18 Agustus 2015.

Pengerahan Babinsa itu merupakan kerja sama antara Kodim, Bulog Subdivisi Regional III Bojonegoro, dan Dinas Pertanian. Pengawasan oleh Babinsa, kata Donova, akan membantu petani tidak tergantung ke tengkulak. Selain itu, juga agar hasil panen dijual ke Badan Urusan Logistik (Bulog) demi kemandirian beras nasional. Bersama dengan diturunkannya petani, petugas penyuluh lapangan didatangkan oleh Dinas Pertanian ke desa-desa.

Anggota Babinsa yang tersebar di 28 koramil di Bojonegoro juga dilibatkan mengawasi peredaran pupuk dari distributor ke petani. Hasilnya cukup efektif menekan terjadi tindakan pemalsuan pupuk, kesalahan peredaran dari distributor-agen, dan terakhir di petani.

Bojonegoro sedang memasuki puncak kemarau. Sejumlah kecamatan, terutama yang berada di sekitar Bengawan Solo, telah memasuki panen. Di antaranya adalah Kecamatan Balen, Kalitidu, Gayam, dan sejumlah tempat di Kecamatan Kasiman serta Kanor. Satu petak sawah minimal diawasi satu anggota Babinsa berikut dua petugas penyuluh lapangan.

Menurut Kepala Bulog Subdivisi Regional II Bojonegoro Efdal Marlius Sulaiman, pengadaan beras banyak terbantu oleh hadirnya penyuluh lapangan dari Kementan dan anggota Babinsa. Bahkan, dari wilayah kerjanya, yaitu Tuban, Lamongan, dan Bojonegoro, sebagian petani telah menjual hasil panennya ke pemerintah lewat Bulog. ”Kami banyak terbantu,” ujarnya kepada Tempo, Selasa, 18 Agustus 2015.

Bulog Bojonegoro sedang mengadakan beras klasifikasi premium, seperti beras rojolele. Harga yang ditawarkan ke petani sesuai pasar dengan patokan mengikuti harga tengkulak. Misalnya untuk gabah beras premium, Bulog berani membeli harga dengan pasar sebesar Rp 4800 per kilogram. Sedangkan jika sudah berupa beras, Bulog berani membayar dengan harga Rp 9000 per kilogram.

Dengan mengikuti harga pasar penyerapan beras dan gabah di tingkat petani, Bulog akan mampu meraih target. ”Selain itu, petani juga tidak tergantung tengkulak.”

Hasil panen di Bojonegoro cukup bagus. Pemerintah Bojonegoro menargetkan produksi padi di atas 900 ribu ton per tahun. Sedangkan target tahun 2016 ke atas harus lebih dari satu juta ton.

SUJATMIKO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Endri Kurniawati

Endri Kurniawati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus