Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Rusia Versus Ukraina, Dilema Indonesia dalam Kepemimpinan G20

Setelah invasi Rusia ke Ukraina, Indonesia yang memegang kursi kepresidenan G20 tahun ini berada di bawah tekanan Barat untuk tak mengundang Rusia

3 Mei 2022 | 08.00 WIB

Jokowi G20
Perbesar
Jokowi G20

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari lalu tidak hanya meresahkan dunia, tetapi juga menjadi dilema bagi Indonesia sebagai pemegang mandat presidensi forum G20.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Selama 2022, Indonesia menggelar sejumlah perhelatan di berbagai kota, hingga puncaknya adalah Konferensi Tingkat Tinggi para pemimpin negara G20 pada November mendatang di Bali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, perang antara Rusia dan Ukraina membuat pening Presiden Joko Widodo dan jajarannya. Setelah invasi Rusia ke Ukraina, Indonesia yang memegang kursi kepresidenan G20 tahun ini berada di bawah tekanan Barat untuk tak mengundang Rusia.

Amerika Serikat bersama sejumlah negara Barat seperti Inggris dan Kanada menegaskan akan memboikot sejumlah acara G20, jika Rusia tetap diundang dan hadir. Hal ini benar-benar dilaksanakan dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 pada akhir bulan lalu yang digelar secara hybrid di Washington DC.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan dua koleganya dari Inggris dan Kanada memutuskan walk out karena kehadiran Wakil Menteri Keuangan Rusia, Timur Maksimov secara langsung di Washington DC. Sementara Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov dan Gubernur Bank Sentral Rusia hadir secara virtual.

Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak bahwa pejabat Inggris, Kanada, dan AS meninggalkan rapat G20 di Washington, DC ketika delegasi Rusia berbicara.

"Kami bersatu dalam kecaman kami atas perang Rusia terhadap Ukraina dan akan mendorong koordinasi internasional yang lebih kuat untuk menghukum Rusia," tulis Sunak di Twitter, dikutip dari Al Jazeera, Kamis 21 April 2022.

Negeri Abang Sam kembali marah ketika Jokowi secara resmi mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin pada pekan lalu. Putin dikabarkan telah mengkonfirmasi akan datang ke KTT G20.

Pemerintah Amerika Serikat Joe Biden memperjelas pendapatnya tentang undangan terhadap Putin itu. "Presiden telah menyatakan secara terbuka menentang kehadiran Presiden Putin di acara G20. Namun kami menyambut baik kehadiran Ukraina," kata ujar bicara Gedung Putih, Jen Psaki di Washington.

"Kami telah menyampaikan pandangan bahwa kami tidak berpikir (Rusia) harus menjadi bagian dari itu secara publik dan pribadi.” Namun, Psaki menambahkan bahwa Washington memahami undangan itu telah diterbitkan sebelum invasi ke Ukraina.

Kepada kedua pihak, Jokowi menegaskan dia tak bisa memihak. Sebab, Rusia adalah anggota G20 dan Ukraina bukan anggota. Sebagai jalan tengah, Jokowi juga mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam acara KTT G20 di Bali pada November mendatang, meski negara ini bukan anggota G20.

Dalam pembicaraan dengan Putin pada Kamis pekan lalu, Jokowi juga menyampaikan hal serupa. "Putin berterima kasih kepada Indonesia atas undangan ke KTT G20 dan mengatakan dia akan hadir," ujarnya.

Adapun Zelensky telah mengumumkan dalam sebuah tweet bahwa ia diundang ke KTT oleh Indonesia pada Rabu pekan lalu, menyusul panggilan telepon dengan Jokowi.

Hal ini juga sesuai saran mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa. Kepada surat kabar The Age Australia, Marty mengatakan bahwa Indonesia harus mengundang Ukraina ke KTT tidak hanya untuk meredakan kekhawatiran mereka yang telah mengancam akan memboikot acara tersebut, “Tetapi juga untuk memanfaatkan kesempatan berharga untuk mengakhiri konflik dan mengatasi konsekuensi ekonominya.”

Menurut Angelo Abil Wijaya, kepala manajemen proyek dan penelitian di Y20 Indonesia, kelompok keterlibatan pemuda resmi untuk KTT Pemimpin G20, taruhan bagi Indonesia sangat tinggi.

“Indonesia telah banyak berinvestasi dalam kepresidenannya di G20, dan telah mempersiapkan diri untuk kepresidenan ini selama bertahun-tahun,” katanya kepada Al Jazeera.“Indonesia ingin kepresidenannya sukses. Agar sukses, G20 harus dihadiri oleh 20 anggotanya. Tentu kita ingin melihat keberhasilan G20 Indonesia, bukan G19, atau gabungan lainnya yang anggotanya kurang dari 20.”

SUMBER: AL JAZEERA | CHANNEL NEWSASIA | THE AGE

 

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus