Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta-Rohaniwan dan budayawan Franz Magnis Suseno mengaku memilih penggunaan kata yang tak tepat saat menulis pandangannya soal sikap golongan putih atau golput. Romo Magnis, sapaan akrab dia, mengatakan pemilihan kata yang tak tepat itu cukup ia disesali.
Pandangan Romo Magnis terkait golput ditulis dalam kolom Kompas beberapa waktu lalu. Dalam kolom itu ia menyebut pemilih golput memiliki tiga kemungkinan sifat, yakni bodoh, berwatak benalu, atau secara mental tidak stabil (psycho-freak).
Baca: Romo Magnis Sebut Golput Melemahkan Demokrasi
"Saya merasa saya keseleo memakai istilah itu. Sebetulnya saya tak mau menghina para golput, tapi saya terkesima oleh kerennya kalimat itu," ujar Romo Magnis saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu, 30 Maret 2019.
Pernyataan Romo Magnis sempat menuai pro-kontra di masyarakat. Beberapa bahkan menilai faktor usia membuat Romo Magnis tak setajam dulu.
Pria berusia 82 tahun itu mengatakan tak memiliki niat sedikit pun untuk menghina pemilih golput. Ia menyatakan golput pun adalah pilihan dan ia menghormati hal itu. Namun ia mengatakan golput dapat merusak demokrasi Indonesia yang saat ini ia nilai masih labil.
"Saya terkesima oleh kerennya kalimat itu (bodoh, psycho-freak). Dan saya rasa itu kesalahan dan blunder yang besar. Tetapi pendapat mengenai golput saya tak berubah," kata Romo Magnis.
Mantan Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara itu menilai tindakan golput merupakan bentuk deligitmasi terhadap proses demokrasi yang saat ini berjalan di Indonesia. Dengan memutuskan menjadi golput, ia mengatakan sesorang sama artinya tidak peduli dengan apa yang akan terjadi dengan Indonesia untuk lima tahun mendatang.
Simak: Dewan Pertimbangan MUI Minta Umat Islam Jangan Golput
Ia sepakat bahwa dua calon yang tengah bersaing saat ini, Joko Widodo dan Prabowo Subianto memiliki kelemahan masing-masing. Namun setidak ideal apapun calon yang tersedia, tidak bisa dijadikan alasan untuk menjadi golput.
"Kalau begitu, sekurang-kurangnya memastikan yang anda anggap paling buruk jangan terpilih. Dan itu logika internal yang kuat," kata Romo Magnis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini