Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Durham - Rahasia gaya komunikasi owa, primata yang berkerabat dengan lutung, terungkap untuk pertama kalinya melalui sebuah pengamatan sekelompok ilmuwan. Studi yang dipimpin Esther Clarke ini menghasilkan beberapa kesimpulan. Salah satu yang paling unik adalah mereka berkomunikasi dengan cara membisikkan suara "Hoo".
Owa lar, yang bernama ilmiah Hylobates lar, terkenal dengan suara keras mereka dan pekikan yang mencolok. Namun, bukannya teriakan yang keluar dari owa berbulu cokelat ini saat predator mendekat, mereka malah mengeluarkan suara lembut "hoo".
Sebetulnya, bisikan "hoo" khas owa ini sudah diketahui sejak 1940. Sayangnya, saat itu belum ada teknologi yang dapat merekam bisikan bervolume rendah dan tak dapat ditangkap telinga manusia itu. Studi kali ini menggunakan teknologi rekaman modern dan perangkat komputer untuk menganalisis bisikan owa.
"Makhluk ini memiliki vokal yang luar biasa," kata Clarke, pemimpin studi yang juga pakar biologi dari University of Durham, Inggris, seperti dikutip dari laman berita Science Daily. Studi ini diterbitkan dalam jurnal BioMed Central Evolutionary Biology.
Para peneliti menghabiskan empat bulan untuk mengikuti sekelompok owa lar di hutan sebelah tenggara Thailand. Sambil mencatat dan merekam bisikan "hoo" owa, tim mengikuti kelompok primata tersebut sejak bangun tidur pada pagi hari sampai kelompok owa kembali terlelap di atas pohon.
Dari pengamatan tersebut para peneliti mendapatkan 450 jenis bisikan "hoo". Selanjutnya, mereka menganalisis rekaman menggunakan perangkat lunak komputer khusus untuk mengetahui frekuensinya. Pada akhir penelitian, frekuensi suara kemudian dianalisis sesuai dengan konteks saat bisikan dikeluarkan.
Frekuensi bisikan "hoo" milik owa tak begitu tinggi. "Berada di bawah 1 kHz," kata Ulrich H. Reichard, anggota studi, dalam jurnal. Adapun predator hanya bisa menangkap suara pada rentang 1-4 kHz. Hal ini, kata Reichard, jelas suatu keuntungan tersendiri untuk owa.
Owa juga dapat menghasilkan berbagai macam bisikan "hoo" untuk membedakan predator yang datang, seperti harimau, macan tutul, ular, burung hantu, dan elang. Tim peneliti melakukan eksperimen kecil untuk membuktikan hal ini.
Keahlian owa tak sampai situ. Mereka juga bisa menggunakan bisikan "hoo" dalam konteks yang berbeda. Hal itu di antaranya untuk bertegur sapa dengan sesama, memberitahukan kelompoknya tentang posisi makanan, dan sebagai bagian dari lagu kawin.
"Bisikan 'hoo' saat sepasang owa sedang bersama menjadi keunikan tersendiri," Reichard menjelaskan. Kalian akan melihat bagaimana suara owa betina lebih rendah ketimbang suara owa jantan. Sebab, entah karena alasan apa, dalam dunia mamalia biasanya suara pejantanlah yang jauh lebih rendah daripada betina.
Meski begitu, para pejantanlah yang lebih aktif berkomunikasi dengan sesamanya. Betina, seperti biasa, lebih sibuk mengurusi anak-anaknya dan makan.
Menurut Clarke, yang juga seorang pakar antropologi bahasa, teknik vokal owa dapat mengarahkan kita untuk mempelajari evolusi komunikasi primata non-manusia. "Dan siapa tahu juga dapat mengungkap evolusi bahasa manusia," ujar dia. Dia percaya variasi akustik pada owa mirip dengan suara manusia.
SCIENCE DAILY | BMC EVOLUTIONARY BIOLOGY | AMRI MAHBUB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini