Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Dampak Teknologi AI, Bisa Tahan dan Serang Pengguna Teknologi dalam Waktu Bersamaan

Teknologi AI yang berkembang bisa membawa dampak negatif dan positif.

15 Mei 2024 | 16.08 WIB

Ilustrasi Kecerdasan Buatan (Yandex)
Perbesar
Ilustrasi Kecerdasan Buatan (Yandex)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Perkembangan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di masa kini membuat aktivitas serangan siber semakin masif dan mudah dilakukan peretas. Di sisi lain, AI juga berdampak baik untuk mencegah peretasan dan sudah mulai banyak digunakan oleh perusahaan dalam menangkal serangan siber yang diterimanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Teknologi AI yang berkembang bisa membawa dampak negatif dan positif. Jadi untuk praktisi defence cyber security, kecerdasan buatan sangat membantu untuk mempermudah pekerjaan. Tapi para hacker juga menggunakan AI untuk menyerang," kata Head of Consulting di Ensign InfoSecurity Indonesia, Adithya Nugraputra, saat konferensi pers di Pakubuwono, Jakarta Selatan, Rabu, 15 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AI diartikan sebagai sistem kecerdasan buatan yang memungkinkan seperangkat sistem komputer atau mesin lainnya dapat berpikir dan bekerja layaknya manusia. Ensign InfoSecurity Indonesia, selaku penyedia solusi keamanan siber, mengamati bahwa kecerdasan buatan berpotensi menjadi alat penyerang dan bertahan perusahaan maupun komunitas dan individu.

Kecerdasan buatan untuk mengatasi peretasan, menurut Adithya, dilakukan lewat pemrograman sistem dan kode yang bisa beroperasi dengan otomatis untuk mendeteksi semua serangan masuk. Teknologi ini bisa mempermudah aktivitas pemantauan dan tidak menyulitkan perusahaan untuk bertahan dari serangan siber.

Kendati demikian, kata Adithya, diperlukan alat AI tingkat tinggi untuk mengatasi semua serangan. Dia menggambarkan jika peretas menyerang dengan teknologi yang canggih, tapi perusahaan yang menjadi target tidak aman dari segi teknologi bertahan, maka dalam kondisi ini peretasan bisa sangat mudah dilakukan.

"AI yang diproduksi untuk mendukung serangan siber, telah dilengkapi dengan banyak fitur dan fungsi unggulan. Teknologinya diprogram untuk bisa memahami celah kerentanan untuk dibobol dan perusahaan yang tidak aman dan bisa diserang," ujar Adithya saat memaparkan diskusi soal keamanan siber.

Selain teknologi menyerang-bertahan lewat AI, Adithya turut menyinggung soal phishing yang di masa sekarang sudah sangat banyak beredar. Kondisi ini dipicu oleh menurunnya tingkat keamanan masyarakat pengguna teknologi, serta adanya rasa mudah percaya akan suatu informasi. Jika dibiarkan berlarut, dia menilai akan banyak pembobolan yang terjadi lewat praktik phishing ini.

"Jadi kondisi sekarang itu bisa disebut sebagai fase AI vs AI, mana yang mampu bertahan dan menyerang paling kuat. Sebab itu perlu edukasi ke pengguna untuk lebih paham keamanan siber, jadi tidak serta merta membiarkan teknologi AI bertahan sendiri, kita bisa bantu untuk keamanan data dan tidak mudah percaya akan suatu file tidak dikenal di website-website," ucap Adithya.

Alif Ilham Fajriadi

Bergabung dengan Tempo sejak November 2023. Lulusan UIN Imam Bonjol Padang ini tertarik pada isu perkotaan, lingkungan, dan kriminalitas. Anggota Aliansi Jurnalis Independen.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus