Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kontrol terhadap ekspor teknologi manufaktur chip ke Cina semakin bertambah. Jepang dan Belanda, Jumat, 27 Januari 2023, dikabarkan sepakat bersama Amerika untuk memperketat pembatasan ekspor teknologi pembuatan chip ke perusahaan Cina. Sanksi baru itu dirancang untuk membatasi akses perusahaan Cina ke teknologi pembuatan chip utama dari ASML, Nikon, dan Tokyo Electron.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kontrol itu dirancang untuk membatasi kemampuan Cina untuk meningkatkan produksi chip dalam negerinya sendiri. Hal ini terjadi setelah pemerintahan Biden mengumumkan pembatasan serupa pada Oktober 2022. Kekhawatirannya adalah akses yang lebih mudah ke semikonduktor canggih akan memungkinkan Cina meningkatkan kemampuan militer dan kecerdasan buatannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Ini adalah topik yang sensitif sehingga pemerintah Belanda memilih untuk berkomunikasi dengan hati-hati, dan itu berarti kami hanya berkomunikasi dengan cara yang sangat terbatas,” kata Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dalam konferensi pers sebagaimana dikutip The Verge, Jumat, ketika ditanya tentang kesepakatan tersebut.
ASML adalah perusahaan paling kritis yang terkena dampak pembatasan Belanda. Perusahaan ini satu-satunya di dunia yang memproduksi apa yang disebut mesin litografi ultraviolet, yang sangat penting untuk produksi semikonduktor canggih. Berbagai media sebelumnya melaporkan bahwa perusahaan tersebut sudah tidak dapat mengirimkan mesin litografi ultraviolet ekstrem (EUV) canggihnya ke Cina, tetapi masih dapat mengirimkan mesin litografi ultraviolet DUV yang lebih tua.
Pembatasan baru diharapkan untuk mencegah penjualan setidaknya beberapa dari mesin DUV ini, yang selanjutnya akan membatasi kemampuan perusahaan Cina untuk memproduksi chip canggih dan mengatur jalur produksi. CEO ASML Peter Wennink sebelumnya mengatakan bahwa Cina menyumbang sekitar 15 persen dari penjualan perusahaan pada tahun 2022.
Wennink mengatakan bahwa pembatasan apa pun tidak mungkin mencegah Cina membuat versi mesinnya sendiri pada akhirnya. “Jika mereka tidak bisa mendapatkan mesin tersebut, mereka akan mengembangkannya sendiri,” kata Wennink. Pengerjaan tersebut akan memakan waktu, namun suatu hari diprediksi akan tercapai juga.
Sedangkan di pihak Jepang, pembatasan diperkirakan akan berdampak pada perusahaan seperti Nikon dan Tokyo Electron.
Selain memotong ekspor ke Cina, Amerika telah menggunakan pengaruhnya untuk merangsang produksi chip dalam negeri. Presiden Joe Biden menandatangani CHIPS dan Science Act senilai US$ 280 miliar (sekitar Rp 4.300 triliun) Agustus lalu, yang mencakup subsidi US$ 52 miliar (sekitar Rp 804 triliun) untuk manufaktur semikonduktor. Intel, TSMC, dan Samsung semuanya telah mengumumkan atau secara aktif membangun fasilitas manufaktur semikonduktor baru di AS.
THE VERGE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.