Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Departemen Psikologi Klinis Fakutas Psikologi Universitas Padjadjaran, Aulia Iskandarsyah, meneliti penggunaan alat virtual reality (VR) untuk mengatasi ketakutan atau fobia. Kini riset tersebut pada tahapan uji coba langsung ke pengguna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Sekarang ini targetnya sesuai roadmap, inginnya antara 2023-2024 itu sudah bisa dipakai di klinik-klinik psikolog dan layanan kesehatan,” ujarnya, Kamis, 3 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Aulia, riset itu berupa pembuatan aplikasi untuk dipasang pada virtual reality yang alatnya sudah ada di pasaran seharga Rp 6-7 juta per unit. Pihaknya bekerja sama dengan Fakultas MIPA Unpad untuk menciptakan lingkungan nyata pada dunia virtual. Beberapa yang sudah dibuat yaitu untuk mengatasi rasa takut terhadap situasi gelap, bicara di depan umum, dan interaksi sosial.
Selain itu tim riset tengah mengembangkan virtual reality yang dinamakan Rumah Kenangan bagi orang tua yang mengalami dimensia atau pikun. ”Kita latih mereka untuk mempertahankan ingatannya,” kata Aulia. Pengembangan virtual reality lainnya untuk penilaian matematika dan penampilan seseorang.
Menurutnya, saat ini banyak keluhan masalah psikologis yang disebabkan rasa takut terhadap situasi atau benda spesifik dan fobia. Misalnya ada orang takut gelap, naik pesawat, kuman, juga ada yang takut keluar rumah karena khawatir terpapar Covid-19 lalu meninggal.
Rasa takut, kata Aulia, merupakan perasaan tidak senang atau cemas pada saat dihadapkan dengan sesuatu. “Kalau fobia disebut ketakutan yang tidak realistis atau irasional misalnya takut karet gelang, takut duren,” ujarnya.
Teori klasik yang digunakan psikolog untuk mengatasi rasa takut pasiennya, yaitu exposure therapy. Orang yang takut dilatih untuk menenangkan diri, relaksasi, kemudian harus dihadapkan dengan ketakutannya.
Lewat virtual reality, ada alternatif yang bisa mempermudah dan mempermurah cara lama atau konvensional yang sekarang masih dilakukan untuk pasien yang takut atau fobia pada suatu benda atau situasi tertentu. Misalnya, lewat simulasi ruang gelap bagi yang takut gelap, dan pasien yang takut naik pesawat pun tidak perlu dilatih langsung atau dibawa psikolog ke bandara.
“Tujuan dari terapi virtual reality ini melakukan intervensi dengan perspektif cognitive behavioural therapy dengan fungsi pembelajaran ulang,” kata Aulia.
Pada kasus anak SMA yang takut bicara di depan kelas, sebabnya karena trauma pernah dirisak dan ditertawakan setelah presentasi. Psikolog akan memberikan penguatan yang positif dari terapi virtual reality hingga mendorong maju kembali untuk tampil presentasi.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.