Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JAKARTA- Perbankan optimistis permintaan kredit baru tetap tinggi pada tahun depan. Meski menghadapi tantangan era suku bunga tinggi dan inflasi, kinerja intermediasi perbankan diyakini tak akan banyak terpengaruh, seiring dengan masih kuatnya fundamental perekonomian domestik. Direktur Utama PT CIMB Niaga Tbk, Lani Darmawan, menuturkan kredit diproyeksikan masih dapat tumbuh hingga 9 persen pada 2023. “Penopangnya masih dari retail, seperti KPR (kredit pemilikan rumah), KKB (kredit kendaraan bermotor), dan UMKM,” ujarnya, kemarin.
Hingga November 2022, CIMB Niaga mampu mencatatkan pertumbuhan kredit 12 persen secara tahunan, di mana kenaikan permintaan terjadi di semua segmen kredit. Pertumbuhan tertinggi hingga double digit ditorehkan oleh KPR dan KKB, serta kredit korporasi. “Untuk 2023, tantangannya adalah biaya dana yang bisa jadi lebih tinggi karena ekonomi global yang tak menentu, dan ini mungkin saja bisa menekan potensi pertumbuhan pinjaman,” kata Lani.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk turut optimistis permintaan kredit tahun depan akan tetap kuat seperti tahun ini. Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri, Panji Irawan, mengatakan terdapat sejumlah sektor usaha yang potensial untuk dibiayai, di antaranya adalah industri telekomunikasi, kesehatan, nikel, serta makanan dan minuman. “Kami yakin bisa menggenjot pertumbuhan di sektor tersebut, sebagian dari korporat dan sebagian dari wholesale,” ucapnya.
Adapun secara keseluruhan, Perseroan telah membukukan penyaluran kredit sebesar Rp 1.167,5 triliun per September 2022, atau tumbuh 14,25 persen dari periode yang sama tahun lalu. Ihwal kenaikan suku bunga acuan yang terus berlanjut, Bank Mandiri turut mengkaji potensi penyesuaian suku bunga simpanan dan pinjaman.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rudi As Aturridha, mengatakan sebelum memutuskan untuk menaikkan suku bunga, terdapat sejumlah pertimbangan, antara lain memperhatikan kondisi likuiditas pasar, struktur biaya dana, kompetisi dengan bank lain, serta dampaknya terhadap peningkatan biaya kredit. “Kami akan tetap berupaya menjaga tingkat biaya bunga secara optimal untuk mendukung stabilitas suku bunga kredit untuk disalurkan ke masyarakat, dan menjaga pertumbuhan kredit dan profitabilitas,” ucap Rudi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo