Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan perseroan optimistis pembayaran dana pinjaman dari Bank Pembangunan Cina atau China Development Bank selesai pada 2025 dengan melihat kondisi likuiditas Bank Mandiri dari segi aset sampai dengan akhir tahun lalu yang mencapai Rp 1.124 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini diungkapkan dalam rapat dengar pendapat (RDP) yang dilaksanakan Senin, 23 April 2018, antara Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Salah satu agenda rapat adalah membahas tentang perkembangan pemanfaatan dana pinjaman dari China Development Bank.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pembayaran bunga dimulai pada Mei 2018, tapi tidak ada masalah pembayaran karena dari sisi pinjaman Rp 10 triliun dengan aset Rp 1.100 triliun enggak ada masalah. Enggak mungkin enggak terbayar," ujarnya seusai RDP, Senin, 23 April 2018.
Menurut Tiko, saat ini yang menjadi tantangan bagi Bank Mandiri adalah isu currency swap, karena pinjaman sebesar US$ 1 miliar yang diberikan terbagi 70 persen dalam mata uang dolar Amerika Serikat dan 30 persen dalam Chinese Yuan Renminbi (CNY).
Simak: Laba Bersih Bank Mandiri Tumbuh 49,5 Persen
Pihaknya saat ini tengah berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan mengenai strategi dana pinjaman dalam mata uang dolar tersebut agar dapat dikonversi menjadi dana jangka panjang dalam mata uang rupiah.
"Tantangan terbesarnya adalah dari cross currency swap. Sebab, kalau kami menarik dalam bentuk dolar, penyalurannya kalaupun dalam rupiah harus ada hedging-nya. Ini yang menjadi isu, karena di Indonesia belum ada cross currency swap yang melebihi (tenor) lima tahun," tuturnya.
Dalam RDP tersebut, anggota Komisi XI, Edison Betaubun, mengajukan pertanyaan terkait dengan skema pinjaman pool of fund yang dikhawatirkan berisiko bagi Bank Mandiri karena tujuan pembiayaan untuk infrastruktur. "Skema pool of fund apa tidak berisiko untuk Bank Mandiri?" ujar Edison.
Bank Mandiri menerima dana pinjaman jangka panjang sebesar Rp 13,56 triliun dari China Development Bank (CDB) pada 2015 dengan tenor sepuluh tahun. Dana tersebut bertujuan memperkuat struktur pembiayaan jangka panjang bank, khususnya pada pembiayaan proyek-proyek infrastruktur.
Pengelolaan dana pinjaman CDB dilakukan secara pool of fund, yaitu dana dikumpulkan dengan sumber pendanaan lain yang dikelola bank.
Tiko menurutkan dana pinjaman CDB ini dilakukan dengan skema itu guna meminimalkan proses persetujuan kredit. "Kalau channeling, tentunya kami harus mengajukan persetujuan kredit satu per satu kepada Cina. Setelah kami melakukan negosiasi, pihak CDB menyetujui skema pinjaman dapat dilakukan dalam bentuk pool of fund," ujarnya.
BISNIS