Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bappenas Perkirakan di 2063 Tidak Ada yang Jadi Petani

Plt Direktur Pembangunan Daerah Kementerian PPN/Bappenas Mia Amalia memperkirakan pada 2063 tidak ada yang menjadi petani.

23 Maret 2021 | 16.33 WIB

Sejumlah petani memanen padi di desa Nglaban, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Senin, 22 Maret 2021. Pemerintah Indonesia dan Thailand segera menandatangani kerjasama perjanjian impor beras 1 juta ton pada akhir Maret ini, sedangkan menurut data Kementerian Pertanian prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok periode Januari-Mei 2021 neraca pangan pokok, khususnya untuk komoditas beras dalam keadaan cukup diperkirakan surplus di atas kurang lebih 12 juta ton stok beras, pada akhir 2020 sebesar 7,38 juta ton. Sementara perkiraan produksi beras dalam negeri 2021 sebesar 17,51 juta ton. Sehingga, jumlahnya menjadi sekitar 24,9 juta ton. TEMPO/Imam Sukamto
Perbesar
Sejumlah petani memanen padi di desa Nglaban, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Senin, 22 Maret 2021. Pemerintah Indonesia dan Thailand segera menandatangani kerjasama perjanjian impor beras 1 juta ton pada akhir Maret ini, sedangkan menurut data Kementerian Pertanian prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok periode Januari-Mei 2021 neraca pangan pokok, khususnya untuk komoditas beras dalam keadaan cukup diperkirakan surplus di atas kurang lebih 12 juta ton stok beras, pada akhir 2020 sebesar 7,38 juta ton. Sementara perkiraan produksi beras dalam negeri 2021 sebesar 17,51 juta ton. Sehingga, jumlahnya menjadi sekitar 24,9 juta ton. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Plt Direktur Pembangunan Daerah Kementerian PPN/Bappenas Mia Amalia memperkirakan pada 2063 tidak ada yang menjadi petani. Hal itu kata dia melihat jumlah petani yang beralih ke sektor lain terus meningkat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Kira-kira mungkin di 2063 nanti tidak ada lagi yang menjadi petani, seperti yang kita kenal, kalau trennya seperti ini. Mudah-mudahanan ini bisa kita lawan," kata Mia dalam diskusi virtual, Selasa, 23 Maret 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia melihat para petani yang beralih ke sektor jasa dan industri semakin meningkat proporsinya. Mia menuturkan proporsi yang bekerja di sektor pertanian menurun dari 65,8 persen pada 1976 menjadi 28 persen pada 2019.

"Apabila kita menggunakan tren ini dalam perhitungan linier, tentu saja hasilnya cukup mencengangkan," ujarnya.

Padahal, kata dia, kebutuhan akan pangan yang berkuaitas perlu diimbangin dengan ketersediaan pangan yang memadai. Namun kenyataannya juga, terjadi tren penggunaan lahan untuk pertanian sudah semakin menurun.

Apabila dilihat dari alih fungsi lahan yang semakin meningkat, kata da, dalam kurun waktu enam tahun lahan pertanian ini terus berkurang, menyisakan 7,45 juta hektar pada 2019.

Dia juga memperkirakan pada 2045 penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan mencapai 67,1 persen atau setara dengan 68,3 juta orang. Jumlah itu, kata dia, setara dengan jumlah penduduk Thailand 2017.

Padahal, kata Mia, sampai dengan saat ini Indonesia belum mendapatkan manfaat yang optimal dari urbanisasi.

Bappenas mencatat seiring dengan urbanisasi yang pesat, angka kemiskinan dan keretanan pangan juga meningkat. "Hal tersebut juga memberikan tekanan pada sistem pangan dalam berbagai bentuk, seperti kelaparan, kekurangan gizi, obesitas juga terjadi," kata Mia Amalia.

HENDARTYO HANGGI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus