Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Prospek Bisnis Kargo Udara Setelah Pandemi

Prospek bisnis kargo udara masih cerah seiring dengan perkembangan e-commerce. Namun pertumbuhannya menurun setelah pandemi. 

22 Mei 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Anak usaha Capital A, Teleport, menargetkan pengiriman dua juta paket setiap hari di Asia Tenggara pada 2025.

  • Pada Ramadan 2024, Lion Parcel mencatat adanya peningkatan tonase pengiriman hingga 40 persen dibanding periode Ramadan 2023.

  • Ketua Asosiasi Pengusaha Logistik E-commerce (APLE) sekaligus Direktur Utama SKK Logistics, Sonny Harsono, mengungkapkan perkembangan kargo udara dan e-commerce mengalami penurunan yang sangat signifikan.

GRUP penerbangan AirAsia, Capital A, menggencarkan ekspansinya ke sektor logistik. Anak usaha Capital A, Teleport, menargetkan pengiriman dua juta paket setiap hari di Asia Tenggara pada 2025. CEO Teleport Pete Chareonwongsak optimistis prospek layanan kargo cerah seiring dengan pertumbuhan bisnis niaga elektronik atau e-commerce.

“Pasar sedang mengalami titik perubahan yang signifikan dengan peningkatan volume e-commerce lintas negara yang mengalir ke Asia Tenggara secara substansial dibanding sebelumnya,” ujar Pete di W Hotel, Kuala Lumpur, Malaysia, pekan lalu.

Menurut Pete, pasar bisnis kargo udara di Asia Tenggara akan tumbuh berkelanjutan. Dia memperkirakan jalur utama niaga elektronik antara Cina dan lima negara terbatas di Asia Tenggara meningkat sebesar US$ 3,8 miliar dalam nilai pengangkutan pada 2025. Pete pun memprediksi volume e-commerce lintas batas melalui udara tumbuh 20-25 persen hingga 2027. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk bersaing dengan kargo udara lainnya, Teleport berencana menyediakan layanan pengiriman satu hari sampai atau next day yang terjangkau bagi pelaku bisnis di Asia Tenggara. Menurut Pete, dengan model layanan business-to-business (B2B), mitra bisnis akan dimudahkan dengan pengiriman paket antarnegara yang cepat dan hemat biaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekspansi ke lini logistik banyak dilakukan maskapai penerbangan pada masa pandemi Covid-19. Penerbangan menjadi salah satu sektor yang paling tertekan akibat pandemi. Pembatasan fisik atau physical distancing saat itu membuat jumlah penumpang pesawat anjlok hingga 60 persen. Walhasil, sejumlah maskapai melebarkan sayap bisnisnya ke sektor logistik untuk bertahan. 

Lion Air Group juga makin mendorong anak usahanya di bidang logistik, Lion Parcel, pada masa pandemi Covid-19. Perusahaan ini melayani pengiriman domestik dan internasional. Chief Marketing Officer Lion Parcel Kenny Kwanto mengatakan perusahaannya telah menjangkau 98 persen area di Indonesia dan lebih dari 50 negara.

Saat ini operasi Lion Parcel didukung jaringan dan infrastruktur Lion Group, yang terdiri atas 7.000 agen, 3.000 angkutan darat, dan 15 ribu kurir antar. Lion Parcel juga memiliki akses ke 350 persen penerbangan Lion Group.


Menurut Kenny, berbelanja online sudah terbentuk menjadi suatu kebiasaan masyarakat pasca-pandemi. Terakhir, pada Ramadan 2024, Lion Parcel mencatat adanya peningkatan tonase pengiriman hingga 40 persen dibanding periode Ramadan 2023. 

Ihwal persaingan yang makin ketat, Lion Parcel menyiapkan sejumlah strategi untuk memenangi bisnis di lini ini. Di antaranya memberikan beragam opsi metode pembayaran, menambah jumlah agen, dan melakukan digitalisasi sistem. Dengan kondisi pasar yang terus berkembang, Lion Parcel berkomitmen untuk terus beradaptasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 

Kenny mengatakan kebutuhan pengiriman masyarakat yang makin beragam juga mendorong Lion Parcel mendiversifikasi layanan yang ada. Tidak hanya untuk pengiriman kargo dalam jumlah besar atau bulk, tapi juga untuk pengiriman satuan dengan layanan door-to-door. “Keduanya memiliki market yang sama-sama potensial dan terus berkembang,” ujar Kenny kepada Tempo, kemarin, 21 Mei 2024.

Pemeriksaan barang dengan scanner sinar-X di agen inspeksi (regulated agent) Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Dok. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

 

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai bisnis kargo udara memang berprospek cerah karena pengirimannya lebih cepat dibanding kargo darat. Terlebih apabila menyasar konsumen e-commerce yang membutuhkan pengiriman barang sampai ke pelosok Indonesia dalam waktu cepat.

Di tengah persaingan yang makin ketat, Esther berujar, perusahaan kargo udara harus memberikan layanan prima kepada pelanggan, tepat waktu, dan biaya murah untuk memenangi bisnis ini. Ditambah layanan pelacakan atau tracking barang sehingga konsumen mengetahui barangnya sampai di mana. Jika terjadi masalah, konsumen akan lebih mudah melacaknya.

Pertumbuhan e-commerce memang terus meningkat setelah masa pandemi Covid-19. Dalam laporan e-Conomy SEA 2023, Google, Temasek, dan Baik & Company memproyeksikan nilai transaksi bruto atau gross merchandise value e-commerce di Indonesia pada 2024 mencapai US$ 62 miliar atau sekitar Rp 962,2 triliun.

Pertumbuhan E-commerce

 

Namun Ketua Asosiasi Pengusaha Logistik E-commerce (APLE) sekaligus Direktur Utama SKK Logistics, Sonny Harsono, mengungkapkan perkembangan kargo udara dan e-commerce mengalami penurunan yang sangat signifikan. Penyebabnya adalah Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. 

Melalui aturan itu, pemerintah melarang perdagangan barang impor di e-commerce dengan harga minimum US$ 100 per unit. Menurut Sonny, hal itu menyebabkan seluruh e-commerce internasional menghentikan pengiriman barang impor sejak September 2023. 

Sebelum dilarang, APLE mencatat volume perdagangan impor lewat e-commerce mencapai sekitar 1.000 ton atau setara dengan US$ 3 juta per bulan. Menurut Sonny, angka itu belum termasuk efek pengganda lainnya, seperti pendapatan pergudangan, ground handling di bandara, trucking, dan pembayaran pajak. 

“Estimasi kami, minimal US$ 1 miliar hilang per tahun akibat Permendag Nomor 31 Tahun 2023,” ujarnya kepada Tempo. Sebab, kargo udara e-commerce menyumbang 60 persen total kargo dari negara-negara seperti Cina, Hong Kong, Malaysia, Taiwan, Jepang, dan Korea. Karena itu, Sonny menilai prospek kerja sama kargo udara dengan e-commerce menjadi suram. 

Pertumbuhan E-commerce



Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023 itu dikeluarkan lantaran banyaknya barang yang beredar di e-commerce yang belum memenuhi standar. Selain itu, terdapat indikasi praktik perdagangan tidak sehat yang dilakukan pelaku usaha luar negeri. Pelaku usaha tersebut disinyalir menjual barang dengan harga murah untuk menguasai pasar di Indonesia. “Permendag ini juga bertujuan mendukung pemberdayaan UMKM,” kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sehari setelah aturan tersebut diundangkan pada 27 September 2023.

Senada dengan APLE, Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) mengungkapkan pertumbuhan bisnis kargo udara justru negatif. Setelah pemerintah gencar membangun jalan tol, menurut Ketua Asperindo Mohammad Feriadi, volume pengiriman via darat melampaui jalur udara. 

Feriadi merujuk pada service level agreement (SLA) atau kontrak antara pelaku logistik dan pelanggan tentang suatu pengiriman barang. Menurut dia, pengiriman via darat masih lebih baik dan sesuai dengan SLA dibanding kargo udara. Tarif pengiriman via darat juga lebih ekonomis dibanding via udara.  

Namun, Fariadi menilai, prospek pengiriman udara masih cukup baik. Sebab, kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan membuat pengiriman via udara masih diperlukan untuk beberapa daerah tujuan. 

Pekerja memeriksa barang paket kiriman di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Dok. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

Pengamat dan analis independen bisnis penerbangan nasional, Gatot Raharjo, pun menilai potensi bisnis kargo udara masih besar. Dia merujuk pada data Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan yang mencatat recovery rate kargo udara sejak 2018 hingga 2023 baru 66 persen, yang terdiri atas pengiriman domestik 70 persen dan internasional 61 persen.

“Jadi seharusnya potensinya masih cukup besar karena belum menyamai capaian pada 2018, yang merupakan capaian tertinggi sebelum masa pandemi,” ujar Gatot. 

Namun ia menekankan bahwa bisnis kargo udara mempunyai sejumlah tantangan. Di antaranya keterbatasan jumlah pesawat, baik pesawat penumpang maupun khusus kargo, yang saat ini berkurang dibanding pada 2018. Kondisi ini menyebabkan jumlah kapasitas untuk mengangkut kargo juga berkurang.

Selain itu, membaiknya jalur transportasi darat di Jawa dan Sumatera membuat pergerakan kargo darat lebih dinamis serta menjadi pesaing kargo udara. Sementara itu, Jawa dan Sumatera saat ini kebutuhan kargonya sangat besar dibandingkan dengan di daerah lain.

Hambatan lainnya, kata Gatot, angkutan kargo udara, terutama dari Indonesia bagian barat ke Indonesia tengah dan timur, sebagian besar berlaku satu arah. Artinya, jumlah pengiriman barang dari Jawa penuh, tapi menuju Jawa berkurang. Padahal biaya operasional pesawat harus dihitung untuk terbang pergi-pulang. 

Persaingan yang tinggi antara penerbangan penumpang dan penerbangan khusus kargo juga menjadi tantangan. Namun pesawat penumpang juga bisa mengangkut kargo, walaupun jumlah dan dimensinya tidak sebesar pesawat khusus kargo. Gatot mengatakan maskapai penerbangan penumpang dapat menurunkan harga jasa kargo karena biaya penerbangannya sebagian besar ditanggung oleh biaya penumpang. Harga pengangkutan kargo juga tidak diatur pemerintah, tak seperti harga tiket penumpang.

Di sisi lain, Gatot melihat bisnis kargo udara memiliki banyak peluang. Dia berujar saat ini makin banyak UMKM di daerah yang menggunakan e-commerce sehingga bisa meningkatkan angkutan kargo udara. Perekonomian nasional yang relatif stabil dan banyak ditopang konsumsi rumah tangga, kata dia, juga bisa makin meningkatkan transaksi di e-commerce.

Dengan sejumlah tantangan dan peluang dalam bisnis ini, Gatot menyarankan perusahaan kargo udara bekerja sama dengan e-commerce. Selain itu, perusahaan bisa bekerja sama dengan pemerintah daerah, terutama di Indonesia tengah dan timur, untuk meningkatkan produksi yang bisa dikirim ke Indonesia barat sehingga penerbangan kargo tidak satu arah saja. Penambahan jumlah pesawat juga dinilai perlu dilakukan sehingga bisa menambah kapasitas angkutan kargo.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Reporter di Tempo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus