Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Cadangan Devisa Turun, BI Yakin Fundamental Ekonomi Cukup Kuat

BI optimistis bahwa fundamental ekonomi saat ini cukup kuat untuk mengantisipasi risiko pembalikan modal meskipun cadangan devisa per Oktober turun.

9 November 2017 | 10.36 WIB

Logo Bank Indonesia. REUTERS/Iqro Rinaldi/File Photo
material-symbols:fullscreenPerbesar
Logo Bank Indonesia. REUTERS/Iqro Rinaldi/File Photo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Surabaya - Bank Indonesia optimistis bahwa fundamental ekonomi saat ini cukup kuat untuk mengantisipasi risiko pembalikan modal meskipun cadangan devisa per Oktober lalu menurun. Bank sentral sebelumnya mencatat cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2017 menurun menjadi US$ 126,5 miliar dari sebelumnya US$ 129,4 miliar seiring upayanya dalam menstabilkan nilai tukar rupiah di pasar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan berdasarkan indikator Dana Moneter Internasional (IMF) untuk kecukupan cadangan aset di mana angka kecukupan mencapai 100 persen, jumlah cadangan devisa (cadev) Oktober rupanya mencapai hampir 127 persen terhadap elemen-elemen besarnya pembalikan modal. “Indonesia sudah punya (angka kecukupan cadangan) 126 persen atau hampir 127 persen. Jadi, Indonesia sudah lebih dari cukup,” katanya di sela-sela acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-4 di Surabaya, Selasa, 8 November 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Cadangan devisa bulan lalu juga cukup untuk membiayai 8,6 bulan impor atau 8,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka itu juga berada di atas standard kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Dalam hal ini, dia menuturkan bahwa cadangan devisa merupakan bantalan yang dikumpulkan pada saat aliran modal masuk (inflow) tinggi dan akan digunakan pada saat ada tekanan aliran modal keluar (outflow). Bulan lalu, Bank sentral harus menggunakan cadangan devisa untuk merespons tekanan outflow.

Perry menambahkan, adanya pembalikan modal yang terjadi pada bulan lalu berasal dari faktor teknikal yang langsung direspons oleh investor jangka pendek. Adapun pemicu utama pendorong aliran modal keluar yakni rencana kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat.

Selain itu juga ada faktor pemilihan Gubernur bank sentral AS, The Federal Reserve dan terakhir, pengumuman Presiden AS Donald Trump terkait pemangkasan pajak yang diyakini bakal mendongkrak perekonomian AS. Hal itu tentu mengakibatkan para investor jangka pendek langsung mengalihkan modalnya ke negara maju  termasuk AS.

Di sisi lain, adanya arus modal keluar juga memicu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. “Jadi ya wajar, pada saat inflow tinggi, cadangan devisa naik hingga pernah mencapai level tertinggi US$ 129,4 miliar," kata Perry. "Pada saat kemarin ini gonjang-ganjing global, khususnya dari Amerika Serikat yang ada pembalikan modal ya wajar (menurun) karena kami harus melakukan stabilisasi nilai tukar sehingga menggunakan cadev.”

Berdasarkan hal-hal tersebut, ke depan bank sentral  akan selalu berada di pasar untuk memantau perkembangan nilai tukar. Bahkan, jika diperlukan, menurut Perry, BI akan melakukan upaya stabilisasi nilai tukar untuk menjaga rupiah berada di nilai fundamentalnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus