Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

CEO Facebook Janji Blokir Ujaran Kebencian di Myanmar

Di tengah sorotan dunia, CEO Facebook Mark Zuckerberg berjanji meningkatkan pemblokiran ujaran kebencian di Myanmar yang diunggah di media sosial itu.

11 April 2018 | 09.22 WIB

CEO Facebook Mark Zuckerberg tiba untuk bersaksi di depan sidang bersama Komite Perdagangan dan Energi dari Dewan Perwakilan Rakyat AS, di Capitol Hill di Washington, 10 April 2018.  Mark Zuckerberg menyatakan penyesalannya karena mengizinkan aplikasi pihak ketiga untuk mengambil data dari para pengguna Facebook tanpa izin mereka. (AP Photo/Carolyn Kaster)
Perbesar
CEO Facebook Mark Zuckerberg tiba untuk bersaksi di depan sidang bersama Komite Perdagangan dan Energi dari Dewan Perwakilan Rakyat AS, di Capitol Hill di Washington, 10 April 2018. Mark Zuckerberg menyatakan penyesalannya karena mengizinkan aplikasi pihak ketiga untuk mengambil data dari para pengguna Facebook tanpa izin mereka. (AP Photo/Carolyn Kaster)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - CEO Facebook Mark Zuckerberg berjanji akan meningkatkan upaya pemblokiran ujaran kebencian di Myanmar yang diunggah di media sosial itu. Hal ini dilakukan merespons besarnya sorotan dunia mengenai penyalahgunaan data pengguna Facebook.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Zuckerberg menyebutkan pihaknya telah menggunakan jasa orang-orang lokal Myanmar dan mereka yang berbicara dalam bahasa Burma sebagai salah satu strategi pemblokiran ujaran kebencian tersebut. "Apa yang terjadi di Myanmar adalah tragedi yang mengerikan dan kita harus melakukan lebih banyak," ujarnya dalam dengar pendapat dengan Kongres Amerika Serikat, seperti dikutip Reuters, Selasa, 10 April 2018, waktu setempat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, Facebook bekerja sama dengan kelompok sipil untuk membantu identifikasi pihak-pihak yang harus diblokir dari media sosial tersebut. Zuckerberg menuturkan Facebook akan melakukan perubahan khusus di Myanmar dan negara-negara lain yang mengalami masalah kekerasan etnis.

Sebelumnya, hasil penyelidikan PBB menyebutkan Facebook menjadi alat propaganda melawan warga etnis Rohingya di negara Asia Tenggara itu. Kepala Tim Pencari Fakta Myanmar PBB Marzuki Darusman menuturkan Facebook memiliki peran yang cukup besar.

Facebook, kata Marzuki, berkontribusi secara substantif terhadap terjadinya konflik di masyarakat. Ujaran kebencian adalah salah satunya. "Sejauh ini, di Myanmar, media sosial adalah Facebook dan Facebook adalah media sosial," ucapnya. Sejak Agustus 2017, lebih dari 650 ribu muslim Rohingya meninggalkan Myanmar dan menyelamatkan diri ke Bangladesh karena khawatir menjadi korban kekerasan.

Adapun Zuckerberg dipanggil Kongres terkait dengan kebocoran data 87 juta pengguna Facebook, yang sebagian besar berada di AS, kemungkinan telah dibagikan secara tidak patut kepada Cambridge Analytica. Perusahaan konsultan media itu membantu tim kampanye Donald Trump dalam pilpres AS pada 2016.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus