Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Deretan Fakta Antraks di Gunungkidul: 3 Warga Tewas, Kuburan Sapi Digali untuk Dikonsumsi Dagingnya, hingga..

Tiga warga di Kecamatan Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, meninggal akibat penyakit antraks yang ditularkan dari hewan ternak. Begini faktanya.

6 Juli 2023 | 14.10 WIB

Petugas melakukan pemeriksaan hewan ternak. ANTARA/HO-Instagram dpkh_gunungkidul
Perbesar
Petugas melakukan pemeriksaan hewan ternak. ANTARA/HO-Instagram dpkh_gunungkidul

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kasus antraks kembali muncul dan kali ini merebak di Gunungkidul, Yogyakarta. Sebanyak tiga warga di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DI Yogyakarta itu meninggal akibat penyakit antraks yang ditularkan dari hewan ternak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan atau Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menjelaskan saat ini pihaknya masih menyelidiki epidemiologi kasus tersebut. Penyelidikan dilakukan di dua Kecamatan yakni Semanu, dan Karangmojo untuk mengukur sebaran hingga penyebab pasti penularan virus.

Selain 3 Warga Tewas, 93 Pasien Positif Antraks

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari hasil sementara, hingga kini telah terkumpul 93 pasien positif antraks di wilayah tersebut berdasarkan hasil tes serologi. Sedangkan hasil pemeriksaan terhadap seluruh kasus meninggal melalui genom sekuensing menunjukkan hasil positif antraks. "Dalam pemeriksaan, menunjukkan hasil positif antraks di dalam tubuhnya," kata Nadia ketika dikonfirmasi, Selasa, 4 Juli 2023.

Ia menjelaskan kasus antraks di Gunungkidul adalah kasus pertama pada tahun 2023 setelah pada tahun lalu dilaporkan nihil.Sebagian pasien masih ada yang dirawat dan sebagian lainnya sudah dinyatakan sembuh.

Kejadian itu diduga terjadi karena konsumsi daging sapi pada saat perayaan Idul Adha yang lalu. Adapun Kabupaten Gunungkidul termasuk dalam daerah endemi antraks.

"Sapi bisa tertular saat memakan rumput yang mengandung virus antraks. Ada juga kemungkinan virus antraks yang selama ini mengendap di bawah tanah terangkat karena aktivitas penggarap, sebab antraks bisa bertahan hidup lama di permukaan tanah," katanya.

Usai ditemukannya lima ekor hewan ternak positif antraks, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, langsung melakukan isolasi terbatas terhadap lalu lintas ternak di Kecamatan/Kapanewon Semanu.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Wibawanti, mengatakan, lima hewan ternak positif antraks dari wilayah Semanu tersebut memiliki gejala mati mendadak. 

"Saat mendapat laporan dari masyarakat adanya hewan ternak mati mendadak, petugas langsung ke lapangan mengambil sampel. Kemudian dicek di laboratorium dan hasilnya positif antraks," tuturnya.

Selanjutnya: DPKH telah meminta agar ternak mati dikubur ...

Kuburan Ternak Mati Dibongkar, Daging Sapi Dimakan Banyak Orang

DPKH telah meminta agar ternak mati dikubur dan diambil spesimennya untuk diuji laboratorium. Namun, pada praktiknya, sebagian masyarakat di sekitar ternak mati justru tak mengindahkan imbauan petugas dan malah membongkar kuburan dan menyembelih ternak dan dagingnya dimakan banyak orang.

Usai hasil laboratorium keluar, ternyata sapi mati yang dikonsumsi diketahui positif terjangkit antraks. Dinas Peternakan dan Kesehatn Hewan langsung menggelar sosialisasi tentang penyakit hewan strategis.

"Kami lakukan pemberian antibiotik, vaksinasi antraks, pemberian disinfektan di lokasi, serta meminimalkan ternak keluar dari kawasan ternak yang terkena antraks," ujar Wibawanti.

Pihaknya juga mengeluarkan surat keterangan kesehatan hewan untuk ternak yang dikirim keluar dengan terlebih dahulu diperiksa atau diuji laboratorium untuk memastikan hewan bebas penyakit antraks.

Adapun 125 warga yang ikut menyembelih dan mengonsumsi daging sapi yang positif antraks itu telah diambil sampel darahnya untuk diperiksa lebih lanjut di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta. Dari hasil pemeriksaan, diketahui 85 warga positif antraks, dan yang bergejala ada 18 orang.

Warga yang diambil sampel darahnya mengalami gejala luka-luka khas antraks. Ada juga yang mengalami diare, mual, pusing, dan sebagainya. Untuk mereka yang bergejala maupun tidak, tetap mendapatkan antibiotik sebagai penanganan. "Namun demikian, tidak ada warga yang harus dirawat di RS karena bergejala," kata Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty.

Untuk mencegah penyebaran penyakit antraks, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, segera mengintensifkan pengawasan dan pemantauan terhadap kondisi hewan ternak.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo Trenggono Trimulyo menyatakan pihaknya juga membatasi lalu lintas ternak dari Gunungkidul, surveillans aktif di pedagang dan tempat pemotongan hewan qurban yang dari Gunungkidul, melakukan desinfeksi pada kandang bekas penampungan hewan kurban, dan koordinasi puskeswan dalam usaha deteksi dini penyakit antraks.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Joko Waluyo, menyebutkan pengawasan lalu lintas ternak secara intensif dilakukan daerah perbatasan sebagai antisipasi kasus antraks pada hewan menyusul temuan kasus tersebut di wilayah Gunungkidul.

Selanjutnya: "Kami mengintensifkan pengawasan, terutama ..."

Pengawasan di Perbatasan Diperkeatat, hingga Penyemprotan Disinfektan di Kandang 

"Kami mengintensifkan pengawasan, terutama daerah perbatasan, seperti Kecamatan Piyungan, Pleret, Dlingo dan Imogiri," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul Joko Waluyo saat dikonfirmasi terkait antisipasi antraks di Bantul, Rabu.

Tak hanya di wilayah perbatasan, pengawasan juga dilakukan di Pasar Hewan Imogiri, karena pasar hewan terbesar di Bantul tersebut banyak mendatangkan ternak dari wilayah Wonogiri, Pacitan, juga dari Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta.

Pengawasan di rumah potong hewan dan jagal-jagal di wilayah Pleret pun digeber. "Karena di Pleret itu banyak 'blantik' dan jagal, kami khawatir kalau mendatangkan ternak dari daerah endemis," katanya.

Para petugas kesehatan yang ada di pusat kesehatan hewan (Puskeswan) Bantul juga melakukan desinfektan ke kandang kandang ternak milik kelompok, untuk mengantisipasi berbagai penyakit hewan. "Kebetulan di kami itu masih banyak stok desinfektan waktu penanggulangan PMK (penyakit mulut dan kuku) pada ternak dulu," tutur Joko.

Adapun Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Agus Tri Widiyantara, meminta masyarakat terus mewaspadai penyakit yang ditularkan lewat hewan ternak. Masyarakat diminta menghindari ternak yang terlihat sakit atau tidak sehat. "Kalau ada ternak yang kelihatan sakit, harus berhati-hati," katanya, Rabu, 5 Juli 2023.

Sementara itu, pakar ilmu kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan antraks merupakan penyakit lama yang beberapa kali menyerang sejumlah daerah di Indonesia. "Antara lain pada 2010 di Maros dan pada 2011 di Boyolali," tuturnya.

Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Kemenkes ini menuturkan dari pengalaman di Maros dan juga Boyolali diketahui penularan antraks dari binatang yang sakit, lalu dipotong dan dikonsumsi manusia. "Sesuatu yang perlu terus diberi pemahaman ke masyarakat luas, agar jangan terus berulang," katanya.

Antraks merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya, serta dapat menular ke manusia.

Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Bakteri penyebab antraks, apabila terpapar udara, akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia, termasuk desinfektan tertentu. Tjandra mengatakan bakteri penyebab antraks dapat bertahan di dalam tanah, sehingga antraks juga disebut “penyakit tanah”.

Selanjutnya: Untuk mencegah penyebaran penyakit antraks...

25 Ribu Dosin Vaksin Disiapkan

Untuk mencegah penyebaran penyakit antraks pada hewan ternak, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan menyiapkan 25 ribu dosis vaksin.

“Vaksin untuk kekebalan tersebut diberikan kepada ternak yang sehat tapi rentan, atau di daerah yang berbatasan langsung dengan daerah terdampak antraks,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng Agus Wariyanto di Semarang, Kamis, 6 Juli 2023.

Tindakan antisipasi ini menjadi lebih penting dalam menghadapi penyakit antraks yang merupakan zoonosis atau dapat menular dari hewan ke manusia. "Ternak yang terjangkit antraks harus diobati sampai sembuh, dan jika mati maka bangkainya harus mendapat perlakuan khusus, kalau dikubur harus dicor beton karena sporanya bisa hidup hingga 75 tahun,” katanya.

Selain itu, pengawasan pada lalu lintas ternak dan jual beli di pasar hewan juga diperketat. “Kami memperketat pengawasan di pos lalu lintas ternak di Klaten, Purworejo, Magelang, dan surat keterangan asal ternak ini penting untuk pelacakan saat terjadi antraks,” tutur Agus.

Meski ada kasus ini, ia meminta masyarakat tidak panik dan segera melapor ketika mengetahui ada ternak yang terkena antraks agar bisa dilakukan penanganan lebih lanjut serta tidak berdampak luas. “Yang penting jaga kesehatan, kalau terjadi harus ditangani sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) dan cepat,” ujarnya.

Hingga kini Jawa Tengah masih dinyatakan bebas antraks. Meski begitu, kasus antraks pernah muncul di Jateng beberapa waktu silam, seperti di Kabupaten Klaten pada tahun 1990, Kabupaten Semarang pada 1991, Kota Surakarta pada tahun 1991 dan 1992.

Wilayah Kabupaten Boyolali juga pernah terjangkit antraks pada tahun 1990 hingga 1992 dan terakhir 2012. Kemudian, Kabupaten Karanganyar pada tahun 1992, Kabupaten Pati pada 2007, Kabupaten Sragen pada 2010 dan 2011 serta Kabupaten Wonogiri.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus