Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian akan berkerja sama Algae Biomass and Energy System (ABES) University of Tsukuba, Jepang. Kerja sama tersebut berkaitan dengan konsep green economy yang sedang dikembangkan pemerintah untuk pengurangan emisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara, mengatakan pengembangan energi terbarukan ini sesuai agenda 10 prioritas nasional yang tertuang di dalamroadmap Making Indonesia 4.0. “Indonesia memiliki kekayaan dengan berbagai sumber daya alam yang bisa menjadi potensi besar untuk pengembangan energi terbarukan,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Senin, 7 Mei 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saat ini, kata Ngakan, ABES sedang mengembangkan pilot plant yang bertujuan untuk menghasilkan biofuel dari alga yang dapat dibudidaya sepanjang musim. Dalam waktu dekat, juga akan dilakukan studi laboratorium untuk mengoptimalkan alga dengan Palm Oil Mill Effluent (POME).
Ngakan berujar, POME akan menjadi media dalam budidaya alga di daerah tropis seperti Indonesia sehingga dapat menghasilkan senyawa bernilai tinggi seperti DHA oil dan biofuel. Dari sisi ekonomi, nilai tambah yang dihasilkan jauh lebih besar daripada konversi menjadi biogas.
ABES akan bekerja sama dengan BPPI dalam pengembangan kelapa sawit dan produk-produk turunannya. “Kami berharap, studi ini akan berhasil dan membawa dampak positif bagi riset energi terbarukan di Indonesia,” tutur Ngakan.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan diperlukan penggunaan teknologi terkini khususnya yang berkonsep pada ramah lingkungan. “Kami mengunjungi Fraunhofer, yaitu lembaga riset yang ada di Jerman. Lembaga riset Jerman ini sedang mengembangkan satu jenis alga yang bisa mengkonversi POME menjadi gasoline,” ucap dia.
Penemuan tersebut, kata Erlangga, dapat menekan emisi gas buang kendaraan dan mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM). Hal ini sejalan dengan program yang telah diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian, yakni low carbon emission vehicle (LCEV) untuk mendorong industri otomotif di Indonesia memproduksi kendaraan ramah lingkungan.