Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kemarau, Petani di Ponorogo Sulit Mendapat Solar Bersubsidi

Ketika pasokan solar bersubsidi tersedia di SPBU, warga Ponorogo diminta antre untuk mendapatkan giliran pembelian.

30 Agustus 2023 | 12.18 WIB

Sejumlah kendaraan bermotor antre untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) di SPBU di Jakarta, Rabu, 31 Agustus 2022. Antrean tersebut terkait adanya isu rencana pemerintah menyesuaikan harga BBM jenis Pertalite dan Solar bersubsidi per tanggal 1 September 2022. ANTARA/M Risyal Hidayat
Perbesar
Sejumlah kendaraan bermotor antre untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) di SPBU di Jakarta, Rabu, 31 Agustus 2022. Antrean tersebut terkait adanya isu rencana pemerintah menyesuaikan harga BBM jenis Pertalite dan Solar bersubsidi per tanggal 1 September 2022. ANTARA/M Risyal Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Ponorogo - Sejumlah petani di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur kesulitan mendapatkan solar bersubsidi untuk bahan bahar pompa air sebagai penunjang irigasi sawahnya. Setiap kali mendatangi SPBU, pasokan salah satu jenis bahan bakar minyak (BBM) itu kerapkali kosong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Saya keliling (di beberapa SPBU) dan sering kosong,” ungkap Muryani salah seorang petani di Kecamatan Babadan, Rabu, 30 Agustus 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika pasokan di suatu SPBU diketahui tersedia, ia bersama sejumlah warga lain harus rela antre selama beberapa waktu. Mereka tetap sabar lantaran saluran irigasinya mulai mengering saat musim kemarau berlangsung seperti sekarang.

Setelah beberapa saat mengantre dan giliran mendapatkan solar sudah tiba, petugas justru SPBU membatasi pembelian. Padahal, surat pengantar dari desa sudah dibawa warga. Kondisi ini berbanding terbalik dengan tingkat kebutuhan petani terhadap solar bersubsidi yang meningkat.

“Saya berharap agar pemerintah memperhatikan petani. Setiap kali butuh solar, seringkali susah mendapatkannya,” ungkap Muryani.

Ia menduga kelangkaan solar bersubsidi karena karena pengurangan pasokan dari pihak Pertamina di Madiun. Sebab, pengiriman diketahui berlangsung tiga hari sekali dalam beberapa waktu terakhir. Padahal distribusi sebelumnya berjalan setiap hari.

Menanggapi itu, Section Head Communication & Relations Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Taufiq Kurniawan menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah mengurangi pasokan BBM bersubsidi. “Bukan Pertamina yang mengurangi, tapi dari SPBU yang menyesuaikan kuotanya,” ujar dia saat dikonfirmasi.

Ia menyatakan, masing-masing SPBU mendapatkan kuota BBM bersubsidi. Untuk SPBU A, misalnya, kuotanya 100 liter, maka harus diatur sedemikan rupa agar jumlah tersebut untuk kebutuhan selama 12 bulan.

“Kalau tidak memenuhi atau melebihi, SPBU akan kena denda untuk mengganti selisih (jumlah subsidi),” kata Taufiq.

Menurut dia, kuota tersebut merupakan usulan dari masing-masing SPBU melalui pemerintah daerah. Kemudian, diteruskan ke pemerintah pusat. Apabila ada usulan penambahan, maka alurnya juga sama.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus