Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kena gempuran Impor Ilegal, Kemenkop UKM Sebut Indonesia Sudah Masuk Era Deindustrialisasi

Kemenkop UKM menilai Indonesia telah memasuki masa deindustrialisasi. Hal ini akibat gempuran produk impor ilegal.

7 Agustus 2024 | 16.48 WIB

Staf Khusus Menteri KemenKopUKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari, Plt. Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Temmy Setya Permana, dan Direktur Utama Smesco Indonesia Wientor Rah Mada dalam diskusi bertajuk Serbuan Barang Impor di Kantor KemenKopUKM di Kuningan, Jakarta Selatan pada Selasa, 6 Agustus 2024. TEMPO/Bagus Pribadi
Perbesar
Staf Khusus Menteri KemenKopUKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari, Plt. Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Temmy Setya Permana, dan Direktur Utama Smesco Indonesia Wientor Rah Mada dalam diskusi bertajuk Serbuan Barang Impor di Kantor KemenKopUKM di Kuningan, Jakarta Selatan pada Selasa, 6 Agustus 2024. TEMPO/Bagus Pribadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Pelaksana Tugas Deputi Bidang UKM Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), Temmy Setya Permana menilai saat ini Indonesia telah memasuki masa deindustrialisasi. Hal ini akibat gempuran produk impor ilegal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Temmy mengatakan, dengan melihat tren produk impor yang sedang terjadi sekarang, Indonesia akan menghadapi deindustrialisasi dalam kurun waktu sepuluh tahun. Tren deindustrialisasi ini, menurut dia, terlihat dari menurunnya kontribusi sektor industri manufaktur terhadap pendapatan Produk Domestik Bruto atau PDB nasional. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saat ini pun sudah terjadi sebetulnya, data PDB industri kita saat ini sudah di bawah 20 persen,” ungkap Temmy dalam acara Jakarta International Investment, Trade, Tourism and SME Expo (JITEX) 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat pada Rabu, 7 Agustus 2024. 

Dampaknya, Temmy mengungkapkan, lapangan pekerjaan juga semakin berkurang. Pasalnya, pelaku usaha yang memiliki modal semakin enggan untuk berinvestasi untuk membangun industri manufaktur atau pabrik-pabrik baru. Mereka lebih cenderung membeli produk impor yang harganya lebih murah dan bisa langsung menghasilkan keuntungan.

Di lain sisi, jika tidak ada industri baru, maka semakin kecil kemungkinan dibukanya lapangan pekerjaan baru. Bahkan, Temmy menyebutkan, sepanjang tahun 2024, sebanyak enam pabrik tekstil telah ditutup dan berimbas pada 11 ribu orang kehilangan pekerjaannya. 

KemenKop UKM mengkhawatirkan maraknya impor ilegal ini memperburuk daya saing nasional. “Kalau ini dibiarkan terus, produk kita nggak bisa bersaing, kalau impor tidak dibenahi dengan serius ya, artinya kita mulai membatasi importasi barang,” kata dia. 

Temmy menambahkan, untuk mengatasinya, pihak KemenKop UKM telah mengusulkan pemindahan pelabuhan consumer goods ke wilayah Timur. "Kemarin saya usulkan dipindahkan pelabuhannya, sehingga harganya bisa bersaing," pungkas dia. 

Ervana Trikarinaputri

Lulusan program studi Sastra Inggris Universitas Padjadjaran pada 2022. Bergabung dengan Tempo sejak pertengahan 2024.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus