Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Live Begin After Coffee, Energi di Balik Kopi yang Diseduh

Bio mengaku belum bisa melepaskan kopi saset karena mempunyai ketakutan pada kopi hitam. Mengingat penyakit maag di lambungnya membuat dia meringis

27 September 2018 | 20.15 WIB

Ilustrasi kopi. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi kopi. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kisah kopi dan penggemarnya punya 1001 cerita. Salah satunya kisah kopi dan Febriyo Hedikesuma. Direktur Program Pengembangan Bisnis Rumah Kreatif Jogja, ini mulai mengenal kopi sejak 2012. Dia belajar tentang cara meminum kopi yang baik dan benar pada seorang teman di Bandung. Tak sekadar menjadi penikmat kopi, Bio panggilan akrabnya, justru penggila kopi.

Baca juga: Kopi Cegah Disfungsi Ereksi pada Pria, Berapa Takarannya?

“Sehari minimal minum 20 gelas kopi,” kata Bio mengungkapkan kisahnya dalam Sarasehan Festival Kopi Merapi 2018 di Dusun Pentingsari, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Rabu, 2018.

Kopi yang diminumnya tak cuma single origin. Kopi hitam yang diseduh tanpa gula. Melainkan juga kopi saset yang disebutnya ‘kopi banci’. Lantaran kopi saset itu hanya mengandung 10 persen kopi. Sisanya adalah gula dan krimer.

Bio juga mengaku punya kebiasaan buruk sejak 12 tahun lalu. Yaitu, tidur tak lebih dari tiga jam sehari. Itu lantaran kegiatannya yang padat karena juga menjadi konsultan bisnis sejumlah perusahaan, seperti Pertamina dan Cevron. Hingga kemudian dia terkapar dan harus opname di rumah sakit pada April 2016. Kala itu dia habis minum 15 gelas kopi. Detak jantungnya dideteksi berpacu tiga kali degup jantung normal.

Sisi lain, Bio mengaku belum bisa melepaskan kopi saset karena mempunyai ketakutan pada kopi hitam. Mengingat penyakit maag di lambungnya membuat dia meringis apabila berbenturan dengan kopi hitam yang asam. Meskipun kalau minum kopi saset juga bikin perut mual.

Seorang sahabatnya di Yogyakarta menyarankan untuk meminta barista membuatkan kopi yang tingkat keasamannya tidak terlalu tinggi. Biasanya kopi jenis Arabica yang diroasting pada derajat medium.

“Saya jadi tahu. Yang biasa bikin masalah di perut itu kopi Robusta, karena asamnya pecah dalam perut. Kalau Arabica, asamnya pecah dalam gelas,” kata pemuda kelahiran Riau 30-an tahun lalu itu.

Itu kisah Bio, beda lagi dengan kisah lainnya tentang kopi dari petani kopi Merapi asal Dusun Pentingsari, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Supardi. Laki-laki berusia jelang setengah abad, itu meneruskan pengelolaan kebun kopi yang sebelumnya dikelola orang tuanya sejak 1986. Uniknya, meski menanam kopi, Supardi tak suka minum kopi.
ilustrasi kopi (pixabay.com)
“Saya enggak suka ngopi, tapi nanam kopi. Karena rasa kopi dahulu itu cuma pahit,” kata Supardi saat ditemui TEMPO di Pentingsari.

Rasa pahit kopi itu pernah disesapnya selepas SMA pada 1988 silam. Dia mencoba meminum segelas. Itu pun kalau ada yang membuatkannya minuman kopi. Selebihnya, dia tak akan meminta atau membuat sendiri.

Barulah 10 tahun lalu, ketika tren kopi ngehits, Supardi mulai dikenalkan pada aneka jenis minuman kopi. Asal dan rasa kopi single origin yang beraneka macam pun mulai dikenalnya. Ini diketahuinya dari undangan kenalan-kenalannya dari kafe-kafe kopi di Yogyakarta.

“Ternyata kopi enak. Tak semuanya pahit,” kata Supardi.

Kembali ke Bio, yang masih suka minum kopi saset, menyebutkan bahwa kopi origin itu paling baik. "Terutama jenis Arabica bisa jadi obat penyakit jantung," katanya.

Tak heran, kopi jenis Arabica menurut Bio lebih mahal ketimbang Robusta.Satu hal yang menarik, menurut Bio, Life begin after coffee. "Itu istilah coffee lovers, saya suka banget statement itu," katanya.

Mengapa? Menurut pengamatan Bio, minum kopi ternyata membuat adrenalin meningkat setengah jam sesudahnya. Itu senyaman dengan energi brand “live begin after coffee” yang bak sihir itu. “Itu [minum kopi] paling enak buat nggenjot semangat kerja,” kata Bio.

Baca juga: Punya Gelar PhD, Laki-laki Arab Saudi Ini Pilih Buka Kedai Kopi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pito Agustin Rudiana

Koresponden Tempo di Yogyakarta

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus