Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Lo Kheng Hong tetap yakin strategi value investing yang digunakannya di pasar saham masih relevan di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang. Ia pun bergeming ketika melihat ada lonjakan harga saham yang fundamentalnya tidak bagus tapi malah harganya melonjak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Investor saham kawakan tersebut menilai kenaikan harga saham dengan fundamental yang belum jelas itu hanya terjadi dalam jangka pendek. "Jangka pendek bisa tidak berkorelasi, yang tidak baik (fundamentalnya), (harga saham) naik,” katanya seperti dikutip Bisnis.com, Kamis, 2 September 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun dalam jangka panjang, Lo Kheng Hong yang akrab disapa Pak Lo ini yakin ada seleksi alam yang membuat bahwa hanya saham dengan fundamental kuat tetap bertahan. Dari pengalamannya selama ini, kata dia, saham yang fundamentalnya tidak bagus, meskipun sempat naik, harganya bakal turun.
Sebaliknya, saham dengan fundamental bagus yang harganya sempat turun, akan kembali berbalik naik. "Untuk jangka pendek dia (saham berfundamental bagus) bisa tidak berkorelasi, tetapi jangka panjang dia akan berkorelasi," ucap investor yang sering disebut Warren Buffet-nya Indonesia tersebut.
Ia berpendapat investasi harus dilihat dari kacamata horizon waktu yang panjang. "(Fundamental) yang bagus dia tetap harganya di atas, yang jelek akan tetap di bawah. Dalam jangka panjang akan berkorelasi yang sempurna,” ucapnya.
Pernyataan itu menanggapi pertanyaan dari investor yang mengeluhkan harga saham yang memiliki fundamental yang bagus tidak mengalami kenaikan malah menurun di masa pandemi. Sebaliknya, justru saham dengan fundamental masih belum cukup jelas mengalami kenaikan harga saham yang fantastis.
Pria kelahiran Jakarta, 20 Februari 1959 ini pun tetap optimistis bahwa aliran value investing di antaranya dengan membeli saham di bawah nilai intrinsik bakal tetap menguntungkan. “Biasanya yang mengatakan value investing tidak relevan itu biasanya orang-orang sahamnya cuma sedikit, sehingga dia mengeluarkan statement,” ujarnya.
Selain itu, kata Lo Kheng Hong, tak jarang orang yang menyatakan hal tersebut malah namanya tidak pernah terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan. “Lihat latar belakangnya, sahamnya biasanya cuma sedikit, dan namanya tidak pernah terdaftar di annual report sebagai pemegang saham, pasti enggak terdaftar."
BISNIS