Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pernyataan The Fed Soal Tapering, Sri Mulyani: Bisa Timbulkan Pergerakan Pasar

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pemerintah memantau kebijakan moneter Amerika Serikat.

23 September 2021 | 11.07 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan pers APBN KiTa di kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019. Kementerian Keuangan mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per 31 Juli 2019 sebesar Rp183,7 triliun atau 1,14 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan pers APBN KiTa di kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019. Kementerian Keuangan mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per 31 Juli 2019 sebesar Rp183,7 triliun atau 1,14 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut pemerintah terus memantau kebijakan moneter Amerika Serikat. Salah satunya, melalui pernyataan Gubernur Bank Sentral AS atau The Fed, Jerome Powell, di Jackson Hall beberapa waktu lalu.

Jerome sebelumnya mengatakan bahwa The Fed akan memulai tapering pada akhir 2021. Namun demikian, kenaikan suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate baru akan terjadi pada 2023.

"Pernyataan seperti ini bisa menimbulkan pergerakan pasar. Sehingga akan selalu dilihat posisi kebijakan dari perekonomian, terutama dari sisi moneter AS," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers, Kamis, 23 September 2021.

Di sisi lain, kata Sri Mulyani, secara politik saat ini sedang terjadi negosiasi terkait batas utang atau debt limit di Amerika Serikat. Ia mengatakan negosiasi tersebut akan menentukan kebijakan fiskal AS.

"Apakah AS masih bisa meng-generate debt baru untuk biaya operasi mereka, ini pasti akan menimbulkan market movement yang harus kita waspadai," ujar Sri Mulyani.

Secara umum, ia mengatakan dari sisi lingkungan makro ada hal yang sangat dinamis. Meskipun trennya positif, ia mengatakan pemerintah tetap waspada karena dunia tidak statis.

"Seperti yang terjadi di RRT maupun terjadinya harga komoditas, maupun yang terjadi hari-hari ini secara geopolitik harus menjadi perhatian kita yang bisa menimbulkan dampak spill over terhadap perekonomian dunia dan Indonesia," tutur Sri Mulyani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus