Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menandatangani kerja sama fasilitas pembiayaan restorasi armada dengan skema bagi hasil dengan PT Perusahaan Pengelolaan Aset (Persero) atau PPA. Kerja sama ini dikukuhkan direktur utama kedua belah pihak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, dengan kerja sama ini, PPA akan menyediakan fasilitas pembiayaan kepada Garuda dengan nilai hingga Rp 725 miliar melalui skema bagi hasil. Kerja sama ini akan berlangsung selama 5 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Diimplementasikan secara bertahap pada sejumlah rute yang akan dijadikan skema kerja sama bagi hasil di antaranya adalah Jakarta- Surabaya-Jakarta, Jakarta-Makassar-Jakarta serta Jakarta-Jayapura-Jakarta," kata Irfan dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu 17 September 2022.
Penandatanganan perjanjian yang dilaksanakan kemarin bersama Direktur Utama PPA Yadi Jaya Ruchandi itu merupakan tindak lanjut dari Penandatanganan Offering Letter atas Syarat & Ketentuan Indikatif Terbaru Memorandum of Understanding (MoU) yang telah ditandatangani pada Agustus lalu.
Fasilitas pembiayaan ini selanjutnya akan digunakan untuk mendukung percepatan pemulihan kinerja perusahaan, khususnya pada lini operasional penerbangan yang akan dioptimalkan untuk restorasi armada dan pemeliharaan spare part pesawat.
"Seperti engine, APU (Auxiliary Power Unit), shipping part, dan berbagai komponen pesawat lainnya – yang dioperasikan oleh perusahaan guna mendukung kelancaran operasional Garuda Indonesia," kata Irfan.
Penggunaan fasilitas pembiayaan yang telah disepakati ini menurut Irfan akan menyesuaikan kebutuhan proyeksi restorasi armada yang telah ditetapkan untuk menunjang efektivitas pemulihan kinerja perusahaan. Nantinya fasilitas pembiayaan akan digunakan secara bertahap sesuai kebutuhan operasional penerbangan Garuda Indonesia.
"Garuda Indonesia secara bertahap terus melakukan optimalisasi utilisasi pesawat sejalan dengan hasil negosiasi dengan lessor. Ini karena telah disetujuinya proposal perdamaian dalam proses PKPU," ujar Irfan.
Perusahaan akan mengoptimalkan upaya untuk meningkatkan jumlah armada yang siap beroperasi atau serviceable yang diproyeksikan akan bertambah secara bertahap mencapai sekitar 60 pesawat dalam mendukung akselerasi peningkatan kinerja Perusahaan hingga akhir 2022.
Irfan berujar, pandemi Covid-19 yang telah terjadi selama lebih dari 2 tahun ini tidak dapat dipungkiri telah membawa industri penerbangan menghadapi berbagai tantangan kinerja operasional, termasuk keterbatasan jumlah armada yang berada dalam kondisi siap beroperasi.
Setelah sebelumnya, kata Irfan, armada pesawat Garuda Indonesia itu tidak beroperasi di tengah proses restrukturisasi kewajiban usaha, termasuk negosiasi bersama lessor.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.