Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Edi Sukmoro meresmikan beroperasinya Kereta Penolong. Kereta tersebut difungsikan jika ada gangguan, atau ada peristiwa luar biasa hebat di perjalanan atau di lintas.
Baca juga: Kereta Anjlok, Begini yang Harus Dilakukan Penumpang
"Kereta Penolong ini sampai hari ini baru ada dua. Tapi yang ada peralatan evakuasi manusianya baru (Kereta Penolong) ini. Jadi bisa berbarengan. Kalau ada kebutuhan maka satu kereta itu diperuntukkan untuk evakuasi kereta itu sendiri, yang satu untuk mengevakuasi korban,” kata dia, di Stasiun Bandung, Jumat, 15 Maret 2019.
Kereta Penolong dengan warna dominan kuning dan merah itu terdiri dari 2 gerbong. Gerbong pertama untuk membantu melakukan evakuasi kereta, dan satu lagi membawa peralatan untuk melakukan pertolongan pertama bagi korban manusia.
“Ini ciptaan baru, yang didesain oleh PT Kereta Api sendiri, dibuat PT Kereta Api sendiri, di luar dari peralatan evakuasi. Di sini juga tersedia fasilitas untuk evakuasi manusia jika terjadi sesuatu. Meskipun kita berharap tidak ada kejadian apa-apa,” kata Edi.
Edi mengatakan, Kereta Penolong begitu dibangun dari gerbong tua yang berumur 37 tahun. PT Kereta Api mengerjakan pembuatan Kereta Penolong itu di Balai Yasa Yogyakarta. Biaya pembuatannya menembus Rp 6 miliar. “Ini enggak kalah sama kereta buatan di luar dari Kereta Api. Interiornya dalam negeri semua, juga menggunakan komponen dalam negeri,” kata dia.
Edi mengatakan, dengan resmi beroperasinya Kereta Penolong terbaru tersebut, PT KAI memiliki total 2 unit Kereta Penolong. Kereta Penolong yang lama hanya terdiri dari satu gerbong, dan fungsinya melulu untuk membantu evakuasi kereta. Sementara Kereta Penolong terbaru ini memiliki gerbong tambahan khusus untuk membantu evakuasi korban manusia.
“Kita sekarang punya dua. Satu yang sudah ada, dan ini. Kita siagakan untuk nanti manakala kita operasi Lebaran,” kata dia.
Edi mengatakan, di lintasan Jawa sedikitnya PT Kereta Api membutuhkan tiga unit Kereta Penolong. “Kita tidak berharap (punya) banyak karena kalau begitu kita mendoakan (kejadian), jangan. Kalau bisa, tidak dibutuhkan. Tapi paling tidak, kalau di Jawa ini ada Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, paling tidak tiga yang akan kita siapkan. Paling tidak, supaya kalau ada apa-apa, cepet ngambil tindakan. Di Sumatera sudah ada, di sana juga ada Rail Clinic,” kata dia.
Menurut Edi, potensi kerawanan selalu ada di lintasan kereta. Dia mengatakan PT Kereta Api akan meninjau titik rawan sebelum Lebaran. Di antaranya rawan longsor, rawan anjlok, dan rawan banjir.
Edi mengaku belum menentukan penyimpanan Kereta Penolong tersebut. “Setelah diresmikan, ini di atur sama pihak Sarana, mau di taruh di mana, yang paling efisien,” kata dia.
Edi mengatakan, saat ini PT Kereta API Indonesia mengoperasikan sarana kereta dengan jumlah besar. “Sampai dengan hari ini Kereta Api sudah memiliki Loko itu 485 buah, rangkaian untuk penumpang itu 2.055 (rangkaian) dan gerbong 7.986 (unit). Kita punya KRD 113, dan KRL 934. Ini jumlah yang luar biasa yang dimiliki PT KAI dan asosiasinya,” kata dia.
Executive Vice President Balai Yasa Yogyakarta Hasyim Suwondo mengatakan, Kereta Penolong ini diproduksi di Balai Yasa. “Kereta Penolong ini adalah program dari kantor pusat Bandung, di desain di kantor pusat Bandung, sedang pelaksanaannya di Balai Yasa Yogyakarta,” kata dia, Jumat, 15 Maret 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini