Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO,CO. Jakarta - Saham dua perusahaan taksi konvensional, yakni PT Blue Bird dan PT Express Transindo Utama, terus menurun. Menurut Ekonom PT Samuel Aset Manajemen Lana Soelisianingsih, saham kedua taksi tersebut bakal sulit terkerek jika perusahaan tidak melakukan reorganisasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sejak adanya taksi online memang mereka (taksi konvensional) mengalami penurunan," kata Lana saat dihubungi Tempo, Ahad, 8 Oktober 2017. "Penurunan akan terjadi sampai tahun depan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, banyak perusahaan taksi yang pendapatanya menurun mengurangi karyawan mereka dalam bentuk pemutusan hubungan kerja. Bahkan, sejumlah masalah juga sempat membelit Express, yang imbasnya juga berdampak pada Blue Bird.
"Sebab, jenis mereka sama. Apalagi dengan berkembangnya transportasi online menambah tekanan itu," ujarnya.
Menurutnya, semenjak keberadaan taksi online, penumpang taksi konvensional terus menurun. Nah, penurunan jumlah penumpang ini yang mempengaruhi keuntungan dan prospek bisnis jangka menengah mapun panjang taksi konvensional. "Penurunan tersebut sangat terkolerasi dengan saham mereka di bursa saham," ujarnya.
Untuk itu, saran Lana, taksi online harus merubah organisasi dan kembali membangun kinerja mereka agar investor tertarik untuk mendukung mereka. Sejauh ini, tarif taksi konvensional masih dianggap mahal meskinpun mereja sudah bekerja sama dengan beberapa penyedia taksi online. "Perang tarif ini yang menjadi pilihan konsumen," ucapnya.
Selama lima hari terakhir, saham kedua perusahaan taksi tersebut terus menurun. Pada 2 Oktober saham BIRD masih 4.900, dan turun pada dua hari berikutnya menjadi 4.840. Dan kembali terjun pada 6 Oktober 2017 menjadi 4.760.
Sedangkan, Saham TAXI pada 2 Oktober 2017, dibuka 80, dan turun pada dua hari berikutnya menjadi 78. Dan jatuh pada 6 Oktober 2017, menjadi 55.
IMAM HAMDI