Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selama dua periode menjadi presiden, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY mengklaim banyak kemajuan perekonomian Indonesia. Sejak 2004-2014 ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata 6 persen dan pengangguran turun dari 9,9 persen menjadi 5,7 persen.
Baca juga: Demokrat: Zaman Presiden SBY Ada Istilah Cabut Mandat
“Kemiskinan juga turun dari 16,7 persen menjadi 10,96 persen, artinya kita bisa menurunkan angka kemiskinan sekitar 6 persen atau setara dengan 8,6 juta orang yang keluar dari jerat kemiskinan,” katanya dalam pidato politik pada ulang tahun ke-17 Demokrat di Jakarta, Senin, 17 September 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SBY menjelaskan bahwa pendapatan perkapita naik lebih dari tiga kali lipat dari Rp 10,55 juta menjadi Rp 36,5 juta. Kenaikan tajam ini membuktikan bahwa kehidupan rakyat makin sejahtera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sisi lain rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto juga menurun tajam dari 56,6% menjadi 25,6 persen, yang membuat Indonesia dapat melunasi utang IMF lebih cepat dari jadwalnya.
“Atas pencapaian tersebut, sejak tahun 2008, Indonesia menjadi anggota G-20 atau grup negara-negara dengan ekonomi terbesar dunia,” ungkap SBY.
SBY menuturkan bahwa selama 10 tahun Indonesia juga membangun pertanian, perindustrian, energi, transportasi, dan infrastruktur di seluruh tanah air.
Listrik ditingkatkan secara signifikan dari 25.000 mega watt menjadi 50.000 mega watt atau naik 100 persen. “Sementara infrastruktur fisik yang kita bangun bukan hanya prasarana perhubungan, tetapi juga prasarana pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lain-lain. Dan bukan hanya di kota-kota besar tetapi juga di daerah perdesaan,” ujar SBY.
BISNIS