Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta- Teddy Arifianto Head of Corporate Communications dan Public Affairs JD.ID mengatakan selama Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas 2018 berlangsung, seluruh gudang JD.ID diaktifkan selama 24 jam. Namun, maksimalnya pengoperasian belum dapat memenuhi ekspektasi pelanggan untuk pengiriman barang yang cepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Melonjaknya lalu lintas pesanan barang di semua e-commerce di hari-hari istimewa seperti 11.11, dan 12.12 lalu disinyalir menjadi penyebab ketidaksesuaian antara ekspektasi pelanggan dan waktu antar yang dijanjikan. "Dari pantauan media sosial, banyak pelanggan yang mengeluhkan pesanan mereka yang belum datang, belum mendapat kepastian kapan akan diantarkan," tutur Tedy dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 20 Desember 2018.
Kendala tersebut, ujar Tedy, terjadi hampir di seluruh e-commerce di Indonesia. Menurutnya, hal ini disebabkan kurangnya informasi dan edukasi dari sisi pelanggan yang biasa berbelanja luring, yaitu setelah berbelanja langsung bisa membawa barang pilihannya.
Teddy mengakui aspek logistik menjadi faktor kunci pendukung bertumbuh kembangnya skala industri e-commerce yang memang sedang mengalami puncak pertumbuhan sepanjang 2018 ini.
“Di Jabodetabek, kami memiliki lebih dari 35 drop point di mana barang dari gudang disalurkan melalui drop point yang kemudian dijemput oleh para kurir kami yang langsung membawa pesanan ke tangan pelanggan," ujar dia
Adapun Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia menilai industri logistik menghadapi sejumlah tantangan di era Revolusi Industri 4.0. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, industri logistik diharapkan bisa memanfaatkan hal tersebut agar bisnisnya tetap bisa bertahan.
Dengan suksesnya penetrasi platform e-commerce menjadi gaya hidup di Indonesia melalui berbagai festival belanja, aspek logistik menjadi faktor kunci pendukung bertumbuh kembangnya skala industri e-commerce yang memang sedang mengalami puncak pertumbuhan sepanjang 2018 ini.
Tedy menjelaskan, semuanya itu menjadi pekerjaaan rumah yang diperlukan untuk membuat Indonesia menjadi salah satu kekuatan e-commerce di kawasan Asia Pasifik. Indonesia ditaksir memiliki potensi ekonomi berbasis elektronik sebesar US$130 miliar sampai 2020.
Baca berita tentang Harbolnas lainnya di Tempo.co.