Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2023 Masih 5 Persen, Ini Proyeksi IMF hingga World Bank

Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 masih stabil di kisaran 5 persen. Bagaimana proyeksi lembaga internasional?

3 Januari 2024 | 10.16 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat memberikan keterangan kepada media hasil Kinerja dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa 2 Januari 2024. Sri Mulyani menyebutkan realisasi APBN 2023 defisit sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara penerimaan negara ditutup pada angka Rp2.774,3 triliun atau 105,2 persen dari target, yang terdiri dari perpajakan Rp2.155,4 triliun dan PNBP Rp605,9 triliun dan hibah Rp13 triliun. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat memberikan keterangan kepada media hasil Kinerja dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa 2 Januari 2024. Sri Mulyani menyebutkan realisasi APBN 2023 defisit sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara penerimaan negara ditutup pada angka Rp2.774,3 triliun atau 105,2 persen dari target, yang terdiri dari perpajakan Rp2.155,4 triliun dan PNBP Rp605,9 triliun dan hibah Rp13 triliun. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 masih stabil di kisaran 5 persen. Sejumlah lembaga internasional turut memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran angka tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Kita memperkirakan, sampai akhir tahun 2023 masih di sekitar 5 persen dan tahun 2024 menurut APBN kita di 5,2 persen," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat pada Selasa, 2 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam paparannya, Sri Mulyani juga menjelaskan proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh sejumlah lembaga. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5 persen pada 2023 dan 2024.

Bank Dunia alias World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen pada 2023. Bank Dunia juga merevisi pertumbuhan ekonomi RI pada 2024 menjadi 4,9 persen.

Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,9 persen pada 2023, serta mencapai 5,2 persen pada 2024.

Adapun prediksi Bloomberg Consensus mirip dengan IMF. Bloomberg Consensus memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen pada 2023 maupun 2024.

"Mari kita lihat asumsi dasar ekonomi makro yang menjadi landasan untuk APBN 2023," ujar Bendahara Umum Negara (BUN) ini.

Pertumbuhan ekonomi dalam asumsi APBN 2023 adalah 5,3 persen dari 1 Januari 2023 hingga 28 Desember 2023 (year to date/ytd). Adapun realisasi sementara diperkirakan sekitar 5,05 persen ytd.

Inflasi sepanjang 2023 mencapai 2,62 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Menurut Sri Mulyani, ini lebih rendah dari asumsi APBN 2023 yang sebesar 3,6 persen yoy.

"Nilai tukar kita di Rp 15.255 (per dolar Amerika Serikat), ini juga menunjukkan lebih lemah dibandingkan asumsi yang Rp 14.800," tutur Sri Mulyani.

Sedangkan suku bunga surat berharga negara atau SBN 10 Tahun pada 2023 berasa di 6,68 persen ytd. Realisasi sementara ini juga lebih rendah dari asumsi makro APBN 2023 yang sebesar 7,9 persen ytd.

"Kelihatan capital outflow (aliran modal asing keluar) di SBN kita sangat dalam, jadi kita memperkirakan SBN kita akan mengalami tekanan. Tapi ternyata kita bisa mengelola jauh lebih baik 6,68 persen year to date atau sekitar hampir 100 basis poin lebih rendah dari asumsi APBN," kata Sri Mulyani.

Sementara itu, harga minyak mentah Indonesia pada 2023 mencapai US$ 78,43 per barel. Angka ini tercatat lebih rendah dari asumsi yang sebesar US$ 90 per barel.

"Karena meskipun OPEC sudah memutus atau mengurangi production (produksi)-nya, namun karena lingkungan dunia melemah dan mulai muncul banyak alternatif renewable, maka harga minyak juga mengalami tekanan yang tidak mudah," ungkap Sri Mulyani.

Adapun lifting minyak dan gas sepanjang 2023 juga berada di bawah asumsi makro APBN 2023 maupun realisasi APBN 2022. Dia menuturkan, lifting minyak kita 607,5 ribu barel per hari atau lebih rendah dari asumsi 660 ribu barel per hari.

Sementara lifting gas sepanjang 2023 diperkirakan mencapai 964 ribu barel setara minyak per hari. Ini lebih rendah dari asumsi makro yang sebesar 1,1 juta barel setara minyak per hari.

"Itu kondisi lingkungan ekonomi yang kita lihat, kita hadapi, sekaligus kita kelola dan hasilnya relatif jauh lebih baik dari yang kita perkirakan. Artinya, APBN mampu bertahan dalam tekanan dan mampu membantu ekonomi menjadi lebih baik," ujar Sri Mulyani.

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus