Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Teknologi transaksi nirsentuh diklaim jauh lebih aman.
Meski lebih aman, nasabah tetap diminta waspada saat menggunakan kartu transaksi nirsentuh.
Penggunaan kartu contactless di Indonesia masih tertinggal dibanding di negara lain.
JAKARTA - Teknologi transaksi nirsentuh atau contactless semakin populer digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan. Sejumlah bank pun mulai menerapkan teknologi ini dan mendorong penggunaannya di kalangan nasabah. Salah satu bank yang telah menerapkan teknologi transaksi nirsentuh adalah PT Bank Central Asia Tbk atau BCA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Teknologi transaksi nirsentuh yang diterapkan BCA dan sejumlah bank lain memanfaatkan antena komunikasi medan dekat atau near-field communication (NFC), yang memungkinkan pemegang kartu kredit dan debit melakukan pembayaran secara praktis. Cukup dengan mengetuk atau menyentuhkan kartu pada mesin EDC yang tersedia di merchant.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
VP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, mengatakan perusahaan mencatat penggunaan transaksi nirsentuh dengan kartu debit dan kartu kredit terus bertumbuh. Saat ini, BCA telah mendistribusikan lebih dari 450 ribu unit mesin electronic data capture (EDC) ke seluruh Indonesia.
“Kami terus memperkuat ekosistem finansial serta memodernisasi infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki dalam mendukng keandalan dan keamanan berbagai transaksi digital,” ujar Hera kepada Tempo, kemarin. Lebih lanjut, ia mengatakan, hal ini diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan volume transaksi, yang kemudian dapat mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan secara keseluruhan.
Hera mengatakan, yang terbaru, BCA juga telah mengimplementasikan transaksi contactless pada sejumlah EDC berbasis Android yang menawarkan arus transaksi tanpa jeda menggunakan layar sentuh. Meski pembayaran nirsentuh menawarkan kemudahan dan kepraktisan, dia mengimbau nasabah untuk tidak lengah dan tetap memperhatikan aspek-aspek keamanan dalam bertransaksi.
“Saat bertransaksi menggunakan kartu debit atau kartu kredit contactless, pastikan tidak ada yang mengetahui data-data pribadi saat bertransaksi, pastikan kartu selalu dalam pengawasan, dan nominal transaksi yang dibayarkan sudah sesuai,” ucap Hera.
Petugas melakukan pengisian ulang saldo Emoney Bank Mandiri di Jakarta. TEMPO/Nita Dian
Salah satu penyedia layanan transaksi nirsentuh adalah perusahaan switching, Visa Inc, yang berkomitmen meningkatkan tren pembayaran ini guna merealisasi masyarakat nontunai Indonesia pada 2030. Presiden Direktur Visa Indonesia, Riko Abdurrahman, mengungkapkan bahwa pembayaran contactless telah marak digunakan di berbagai negara di dunia. Terhitung lebih dari 20 negara telah mengadopsi pembayaran nirsentuh. “Fitur contactless card Visa lebih praktis, hanya dengan tap kartu selama 1-2 detik.”
Berdasarkan riset Consumer Payment Attitudes Study 2022 oleh Visa, penggunaan kartu nirsentuh secara global meningkat setiap tahun, dari 31 persen pada 2020, naik menjadi 33 persen pada 2021, dan pada 2022 sebanyak 34 persen. Penggunanya didominasi oleh kalangan milenial serta segmen masyarakat menengah ke atas. Visa juga mencatat minat masyarakat menggunakan kartu contactless dari non-pengguna cukup besar, yaitu sebanyak 84 persen konsumen menyatakan ketertarikannya untuk bertransaksi nirsentuh.
Dari sisi keamanan, kartu nirsentuh juga dinilai lebih aman. Visa memiliki fitur Visa Transaction Control, sehingga pengguna dapat melakukan kontrol transaksi yang digunakan, seperti membatasi penggunaan untuk layanan tertentu atau menonaktifkan penggunaan pada waktu tertentu. “Kartu contactless juga menggunakan teknologi cip sehingga tidak bisa diambil datanya,” kata Riko.
Warga tengah berbelanja kebutuhan pokok di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Teknologi yang diterapkan adalah tokenisasi, yang terdapat proses penggantian nilai aktual dengan nilai buram untuk tujuan keamanan data. Adapun nilai buram akan berbeda-beda dalam setiap transaksi. “Istilahnya, kami selalu memperbarui, data token tiap transaksi berubah. Jadi, kalau jatuh ke orang lain, menjadi tidak berguna.” Terakhir, layanan contactless Visa juga telah memastikan setiap bank penerbit kartu sudah memenuhi Payment Card Industry Data Security Standard atau standar keamanan data yang harus dipatuhi oleh setiap pihak yang menyelenggarakan layanan kartu pembayaran.
Riko mengimbuhkan, konsumen selaku pemegang kartu tetap perlu waspada dalam mengawasi kartu miliknya saat bertransaksi. Begitu juga ketika terjadi transaksi yang tidak dikenal atau kehilangan kartu kredit atau debit. Konsumen diimbau segera menghubungi bank penerbit kartu dan meminta pemblokiran jika diperlukan. “Teknologi ini sudah terbukti keamanannya, dan data menunjukkan fraud loss dari kartu contactless lebih kecil dari kerugian kartu yang non-contactless.”
Meski demikian, tren penggunaan kartu nirsentuh di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan di negara-negara lain. Negara yang memimpin penggunaan kartu contactless adalah Singapura, yaitu sebanyak 74 persen, diikuti Malaysia 56 persen, dan Thailand 49 persen. Adapun di Indonesia, penggunaan kartu nirsentuh baru sebesar 3 persen.
Head of Product & Solutions PT Visa Worldwide Indonesia, Dessy Masri, menuturkan adopsi transaksi nirsentuh di Indonesia masih memiliki sejumlah hambatan. Pertama, belum adanya regulasi yang komprehensif dan spesifik mengatur penggunaan transaksi nirsentuh. “Kemudian sebagian besar pengguna kartu debit atau kartu kredit belum menggunakan kartu contactless karena belum mendapat pembaruan oleh bank penerbit,” ucapnya. Kendala berikutnya berkaitan dengan literasi dan edukasi merchant dalam memfasilitasi transaksi nirsentuh. “Masih ada 50 persen merchant yang belum mengerti cara penggunaannya. Kami harus mensosialisasi lagi.”
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo