Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menanggapi fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran yang terjadi belakangan ini. Faisol menyebut pemerintah tidak melihat kondisi ini sebagai krisis besar, melainkan sebagai dampak dari berbagai faktor, termasuk mismanajemen perusahaan dan penurunan permintaan ekspor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Beberapa, sebenarnya bukan besar-besaran ya. Itu memang ada beberapa problem perusahaan, misalnya dalam beberapa kasus ada mismanajemen, ada juga yang mungkin permintaan ekspornya turun," katanya kepada Tempo saat ditemui usai menghadiri acara pameran furnitur Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis, 6 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan badai PHK ini merupakan bagian dari pergeseran ekonomi global yang turut berdampak pada sektor industri dalam negeri. "Sebenarnya kalau jujur kita melihat, ini kan ada switching ekonomi. Itu akhirnya switching juga di industri. Jadi kalau kita lihat di seluruh dunia, juga terjadi kontraksi di beberapa sektor. Pada akhirnya kita juga melihat ada sektor-sektor yang tertahan, ada sektor yang tumbuh," ujarnya.
Meski begitu, ia menilai bahwa pertumbuhan sektor industri masih cukup berimbang, dengan beberapa sektor yang mengalami kontraksi, sementara yang lain justru tumbuh agresif.
Ia juga mengungkapkan salah satu tekanan terbesar bagi industri manufaktur yang menyebabkan banyaknya PHK di dalam negeri ialah serbuan barang jadi impor. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah tengah melakukan konsolidasi dengan berbagai kementerian dan lembaga guna membatasi pintu masuk impor yang dinilai membebani industri lokal.
“Ini sedang kita selesaikan ya dengan konsolidasi dengan kementerian dan lembaga supaya bisa menyelesaikan pintu impor ini betul-betul dibatasi,” ucapnya.
Diketahui, PHK massal sudah terjadi sejak November 2024. Setidaknya 8 industri yang melakukan PHK besar-besaran terhadap karyawannya. Misalnya PT Asia Pacific Fibers Tbk mem-PHK 2.500 karyawan. PT Bapintri mem-PHK 267 karyawan. PT Sanken Indonesia mem-PHK 459 karyawan. PT Danbi International mem-PHK 2.079 karyawan. Yamaha Music Indonesia mem-PHK 400 karyawan. PT Tokai Kagu Indonesia mem-PHK 195 karyawan.