Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Holding BUMN tambang, MIND ID, melakukan efisiensi di tengah pandemi Covid-19.
Proyek smelter nikel dan smelter Freeport masih terus berjalan.
MIND ID bersiap menggelar IPO melalui dua perusahaan.
Industri pertambangan tak luput dari serangan pandemi Covid-19. Bukan cuma harga komoditas yang anjlok, berbagai proyek pertambangan pun terganggu. Kondisi ini terjadi pada Mining Industry Indonesia (MIND ID), perusahaan yang membawahkan beberapa badan usaha milik negara (BUMN) di sektor pertambangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak, produksi dan penjualan di hampir semua lini usaha perusahaannya tersendat. “Kami harus melakukan efisiensi,” ujarnya. Di tengah upaya tersebut, Orias mengupayakan agar MIND ID terus bangkit dengan mencari peluang baru. Termasuk dengan menawarkan saham di Bursa Efek Indonesia atau melakukan initial public offering (IPO).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam diskusi daring yang dihadiri beberapa media, termasuk jurnalis Tempo, Ghoida Rahmah, pada akhir pekan lalu, Orias memaparkan beberapa strategi MIND ID untuk bangkit. Berikut ini petikan wawancaranya.
Seperti apa dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja MIND ID?
Sejak awal pandemi, kami sudah melakukan stress test kepada semua anak perusahaan untuk melihat bagaimana proyeksi harga dan permintaan produk. Kalau harga dan permintaan yang rendah pada Mei-Juni bertahan sampai akhir 2020, kami memproyeksikan akan mengalami kerugian kurang-lebih Rp 2 triliun. Kami kemudian melakukan efisiensi. Walhasil, tahun lalu kami berhasil mempertahankan laba Rp 1,8 triliun dengan pendapatan Rp 66,6 triliun. Tiga komoditas penyumbang pendapatan terbesar adalah emas sebesar 29,1 persen, batu bara 25,9 persen, dan timah 21,5 persen.
Bagaimana kinerja perseroan awal tahun ini?
Kuartal I 2021 laba bersih kami Rp 1,6 triliun, dengan pendapatan Rp 19,2 triliun atau tumbuh 18,51 persen. Harga komoditas meningkat signifikan, kecuali beberapa yang agak lambat. Untuk emas, anomali. Kalau ekonomi tidak membaik, harga emas meningkat karena permintaan banyak. Saat kondisi ekonomi membaik, harga emas cenderung turun.
Apa strategi Anda untuk terus meningkatkan kinerja perseroan tahun ini?
Kami mencari peluang baru yang bisa mendukung pertumbuhan bisnis dengan melakukan mitigasi risiko secara terukur. Untuk belanja modal, tahun ini kami menganggarkan Rp 29 triliun. Sebanyak Rp 2 triliun di antaranya merupakan investasi rutin. Alokasi terbesar, sekitar Rp 10 triliun, akan dialokasikan untuk proyek Smelter Grade Alumina (SGA), Indonesia Battery Corporation (IBC) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pabrik feronikel di Halmahera Timur, dan gasifikasi batu bara.
Untuk proyek IBC, bagaimana rencana MIND ID memenuhi sumber bahan baku seperti nikel dan litium?
Manajemen PT Timah Tbk sedang mencari sumber litium di dalam dan luar negeri. Kami meminta bantuan duta besar Indonesia di luar negeri untuk mencari sumber bahan baku tersebut, seperti di Peru, Kanada, Yordania, Laos, Australia, Maroko, Senegal, dan Malawi. Untuk sumber litium di dalam negeri, sampai saat ini sedang dipastikan bahwa barangnya benar-benar ada. Kami belum bisa sampaikan hingga kami selesai mengkonfirmasi lokasi persisnya.
Sejauh mana kemajuan pembangunan smelter untuk kerja sama antara Freeport dan Tsingshan Steel di Halmahera Tengah?
Sampai saat ini masih diskusi. Awalnya kami akan membangun smelter di Gresik. Tapi, karena pandemi, semua berhenti. Saat berhenti, Tsingshan menawarkan proyek yang lebih lebih cepat dan murah. Kalau memang kerja sama itu belum terealisasi, kami akan menyelesaikan proyek smelter di JIIPE Gresik, Jawa Timur. Kami berharap keputusan bisa diambil secepatnya karena ada banyak hal yang harus disiapkan, termasuk soal lahan. Kalau bisa, sebelum Juni. Tapi kalau masih belum pasti, bisa jadi target pembangunan smelter di 2023 bisa mundur.
Ada peluang Freeport untuk menambah smelter tembaga baru di Papua, selain Gresik dan Halmahera Tengah?
Peluang itu terbuka, asalkan kapasitas produksi Freeport dapat digenjot lebih dari 3 juta ton per tahun, karena dua hal ini sangat terkait. Dengan adanya smelter di sana, kalau mereka mau bangun, kami akan proses untuk peningkatan produksi. Kami akan membahas kembali mengenai peningkatan produksi tersebut, karena butuh pasokan dari Freeport.
Bagaimana dengan kerja sama PT Aneka Tambang Tbk dengan mitra luar negeri untuk pengembangan bisnis pemurnian nikel?
Saat ini sudah diteken perjanjian pendahuluan Antam dengan perusahaan asal Singapura, Alchemist Metal Industry Pte, Ltd, dan PT Gunbuster Nickel Industry. Perjanjian tersebut untuk membentuk ekosistem bisnis pemurnian nikel di Konawe Utara dan Morowali Utara, Sulawesi Tenggara. Tujuannya adalah mengoptimalkan nilai tambah sumber daya nikel. Ekosistem ini merupakan peluang bisnis baru bagi Antam, mulai dari penambangan bijih nikel hingga smelter yang menghasilkan feronikel. Dua mitranya memiliki teknologi pemrosesan dan pemurnian.
Kementerian BUMN menyebutkan MIND ID bakal segera melakukan IPO, bagaimana proses persiapannya?
Menteri BUMN sudah sampaikan mengenai rencana IPO. Jadi, Inalum Operating akan berdiri sendiri dan MIND ID akan berdiri sendiri. Dari situ, kami menyusun rencana pengembangannya. Rencananya, IPO akan dilakukan dalam tiga tahun ke depan. Tahun ini kami bakal lebih dulu fokus ke pemisahan Inalum Operating dan MIND ID. Selanjutnya, tahun depan ditargetkan Inalum Operating bisa IPO, baru setelahnya MIND ID yang melakukan IPO.
CEO MIND ID, Orias Petrus Moedak, memperoleh sertifikasi SNI ISO 37001 tentang sistem manajemen anti-penyuapan (SMAP). mind.id
Biodata
Nama lengkap: Orias Petrus Moedak
Tempat dan tanggal lahir: Kupang, 26 Agustus 1967
Pendidikan:
Sarjana Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran (1986-1990)
Port Senior Management, Galilee International Management Institute (2013)
Coaltrans School of Coal (2017)
Karier:
Senior Auditor Ernst & Young (1991-1994)
Direktur Bahana Artha Ventura (2001-2003)
Managing Director Danareksa Sekuritas (2003-2008)
Presiden Direktur Reliance Securities (2008-2010)
Direktur Keuangan PT Pelindo II (2014-2016)
Direktur Utama PT Pelindo III (2016-2017)
Direktur Keuangan PT Bukit Asam Tbk (2017-2018)
Wakil Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (2018-2019)
Direktur Utama MIND ID (2019-sekarang)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo