Ribuan warga memadati kawasan sungai saat perang air dalam Karnaval Coangue di sungai Chota, Ekuador, 8 Februari 2016. Perang air ini merupakan tanda berakhirnya hari libur pada musim karnaval. REUTERS/Guillermo Granja
Keseruan warga saat perang air dalam Karnaval Coangue di sungai Chota, Ekuador, 8 Februari 2016. REUTERS/Guillermo Granja
Sejumlah warga saling guyur dan siram dalam perang air merayakan Karnaval Coangue di sungai Chota, Ekuador, 8 Februari 2016. Warga membawa peralatan seperti ember atau wadah, busa, dan tinta untuk melepaskan penat dalam perang air ini. REUTERS/Guillermo Granja
Warga saling mengguyur dengan air dari sungai dalam perayaan Karnaval Coangue di sungai Chota, Ekuador, 8 Februari 2016. Perang air dalam karnaval tradisional ini bertujuan melepaskan tekanan hidup dengan bersenang-senang. REUTERS/Guillermo Granja
Seorang warga menyiramkan air pada warga lain dalam perayaan Karnaval Coangue di sungai Chota, Ekuador, 8 Februari 2016. Karnaval ini sebagai apresiasi untuk menunjukkan identitas masyarakat keturunan Afrika melalui perayaan atau karnaval musik, tari, kerajinan, dan unsur-unsur lainnya. REUTERS/Guillermo Granja
Sejumlah warga bermain air dalam perayaan Karnaval Coangue di sungai Chota, Ekuador, 8 Februari 2016. Karnaval dimulai pada 2007 atas inisiatif dari Yayasan Afro-Ekuador guna menemukan alternatif wisata yang dapat memberikan penghasilan pada penduduk daerah. REUTERS/Guillermo Granja