Sukar, 83 tahun, seorang warga yang menjadi saksi pembantaian anti-komunis di Indonesia, mengambil payung dekat dengan poster Presiden pertama Soekarno di dalam rumahnya di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. (Ulet Ifansasti/Getty Images)
Supar, 75 tahun, seorang warga yang menjadi saksi atas pembantaian anti-komunis di Indonesia, duduk di dalam rumahnya di desa Wonosari di Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. Supar merupakan sebagian warga yang berhasil selamat dari aksi pembantaian anti-komunis. (Ulet Ifansasti/Getty Images)
Sukar, (83) menunjukkan batu nisan yang dipasang oleh para aktivis dan keluarga korban di situs yang diyakini sebagai tempat dikuburnya sejumlah korban di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. Sukar diperintahkan untuk menjaga kuburan sejumlah korban pembantaian, yang diduga mempunyai hubungan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). (Ulet Ifansasti/Getty Images)
Sukar (83), membersihkan sampah-sampah yang menumpuk di dekat batu nisan yang dipasang oleh para aktivis dan keluarga korban pembataian di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. Selamat dari pembantaian anti-komunis, Sukar menyerukan penyelidikan pembersihan negara. (Ulet Ifansasti/Getty Images)
Kerabat mengunjungi situs yang diyakini sebagai pemakaman bagi korban pembantaian anti-komunis di Indonesia, di desa Plumbon, Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2016. Para saksi menyatakan, bahwa sekitar setengah juta sampai satu juta orang meninggal atas aksi pembantaian anti-komunis pada Oktober 1965. (Ulet Ifansasti/Getty Images)