Vokalis band Seringai, Arian Arifin juga merupakan seorang ilustrator lepas. Darah seni Arian diturunkan dari sang kakek, Sindoedarsono Soedjojono, pelukis sekaligus kritikus seni rupa pertama di Indonesia. TEMPO/Aditia Noviansyah
Pada tahun 2002, Arian mendirikan band di Jakarta bersama Edy Khemod. Keduanya kemudian bertemu dengan Ricky Siahaan (gitaris) dan Sammy Bramantyo (basis) dan sepakat membentuk band yang diberi nama 'Seringai'. TEMPO/Aditia Noviansyah
Arian menyukai warna hitam dan putih karena dari kecil terbiasa menggambar sketsa. Saat kuliah di Jurusan Seni Rupa ITB, barulah ia mengenal pewarnaan dalam gambar. Biasanya Arian memakai cat akrilik untuk gambar desain kaus atau lambang Lawless, distro yang ia dirikan sejak dua tahun yang lalu. TEMPO/Aditia Noviansyah
Selama 11 tahun berkiprah, band Seringai sudah tampil di lebih dari 100 pertunjukan. Tiga album telah dikeluarkan oleh band beraliran rock ini. Terakhir, Seringai tampil di Kuala Lumpur, Malaysia, di sebuah auditorium toko musik bernama Bentley Music, di hadapan 700 penonton. TEMPO/Aditia Noviansyah
Liril lagu-lagu yang dibuat oleh Arian cenderung provokatif. Seperti di lagu 'Lencana', ia mengkritik polisi yang kerap menyalahgunakan wewenang. Arian memang tidak meyukai polisi karena kerap kena digebuki saat aktif ikut demo pada tahun 1998 dan ketika menonton konser musik. TEMPO/Aditia Noviansyah