Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Bahaya Etilen Glikol dan Jengkol pada Ginjal

Pakar penyakit dalam menyebut ginjal bisa terganggu hambatan kimiawi seperti etilen glikol hingga kebanyakan makan jengkol.

27 Maret 2024 | 21.19 WIB

Ilustrasi semur jengkol. Bango.co.id
Perbesar
Ilustrasi semur jengkol. Bango.co.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Suhardjono, Sp.PD-KGH, menyebut ginjal bisa terganggu hambatan kimiawi seperti etilen glikol hingga kebanyakan makan jengkol.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Jaringan ginjal yang rusak bisa disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, dan zat kimia, atau juga oleh kristal, misalnya orang kalau kejengkolan, kebanyakan makan jengkol," jelasnya pada diskusi daring dengan tema "Deteksi dini penyakit ginjal dan bagaimana cara menjaga ginjal tetap sehat", Rabu, 27 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suhardjono menjelaskan etilen glikol biasa digunakan di beberapa negara untuk mencegah pembekuan mesin kendaraan saat musim dingin. Namun sejumlah produsen obat menyamakan EG dengan gliserol untuk membuat sirup obat batuk anak. Reaksinya menimbulkan gangguan ginjal akut di Indonesia.

Menurutnya, gangguan ginjal akut adalah kerusakan ginjal yang masif sehingga ada pasien yang sampai cuci darah (hemodialisis), ada yang mesti cangkok ginjal (mengganti ginjal yang rusak dengan ginjal yang masih berfungsi baik). Tapi kalau kerusakan masih ringan, ada harapan untuk menidurkan gangguan ginjal tersebut lewat terapi dan pengobatan. Dia mengatakan sebagian besar penyakit ginjal dapat dicegah dan diobati apabila ditemukan lebih awal.

"Tapi kalau sudah berat, dia irreversible, seperti penyakit ginjal yang lain," ujar Suhardjono.

Dampak buruk jengkol
Sementara kebanyakan makan jengkol dapat menyebabkan kolik ginjal atau rasa nyeri hebat akibat adanya penyumbatan aliran kencing oleh kristal purin. Cara mengantisipasinya adalah memeriksa kesehatan ke dokter secara berkala. Misalnya satu tahun satu kali, lakukan medical check up agar risiko pemburukan lebih lanjut hingga komplikasi bisa dicegah atau disembuhkan lebih cepat.

"Sekarang BPJS pun bisa mencakup pembayaran MCU pada usia lanjut untuk cek kesehatannya. Jadi lakukan pemeriksaan secara berkala," saran Suhardjono.

Kedua, atur pola makan supaya seimbang dengan kebutuhan. Asupan purin di dalam jengkol dan kalium di dalam pisang harus sesuai anjuran dokter.

"Kalau kaliumnya terkontrol, asam urat terkontrol boleh karena lebih banyak manfaatnya daripada bahayanya. Jadi, pengobatan itu harus sesuai orangnya, enggak semua kami cap apa-apa sama, enggak begitu, jadi berbeda-beda," papar Suhardjono.

Ia menganjurkan pasien untuk menghindari makanan dan minuman ultraproses, artinya sudah bercampur garam, gula, dan lain-lain di dalam makanan dan minuman. Lebih dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang murni dan segar.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus