Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Ketika Milenial Bicara Uang, Apa yang Perlu Diutamakan?

Pegang duit itu mudah, tapi jika ditanya apakah kalangan milenial bisa merencanakan keuangan, mereka akan angkat tangan. Apa masalahnya?

4 November 2018 | 19.36 WIB

Ilustrasi menghitung uang. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi menghitung uang. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pegang duit? Pasti bisa, apalagi menghabiskannya. Tapi, jika ditanya apakah kalangan milenial bisa merencanakan keuangan, mereka akan angkat tangan. "Tak banyak orang yang membicarakan uang, apalagi merencanakan keuangan, pada masa mudanya," kata Deputi Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan, Sardjito, saat ditemui di ruang teater Komunitas Salihara, Jakarta, Selasa lalu.

Baca: Peran Generasi Milenial Mengubah Tren Perhiasan Mewah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia memang cenderung rendah. Data hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2016 menunjukkan bahwa baru 29,66 persen masyarakat Indonesia yang memahami dengan baik soal keuangan. Tak ada data berapa persen dari kalangan milenial-generasi yang lahir antara 1980 dan 1990-an.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Minimnya pemahaman itu membuat pemerintah memiliki pekerjaan rumah meningkatkan pengetahuan soal keuangan, terutama di kalangan anak-anak muda. Pada bulan Inklusi Keuangan dan Hari Keuangan Nasional serta Hari Menabung Nasional yang jatuh berturut-turut pada 30 dan 31 Oktober, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mengkampanyekan pentingnya merencanakan keuangan sejak muda.

Sardjito mengatakan uang harus segera dipikirkan pada masa-masa awal kehidupan atau ketika seseorang masih berusia muda. Ia meminta agar rencana keuangan jangan sampai terlambat dipikirkan. "Jangan sampai (punya) anak enam tapi tak ada rencana keuangan dan tak punya asuransi, enggak bisa begitu lagi," katanya.

Sardjito meminta agar generasi milenial memikirkan uang dan kegunaannya. Ia melihat generasi milenial harus didekati dengan cara yang membuat mereka merasa dekat dan terhubung.

Milenial disasar karena generasi ini diklaim memiliki peran yang cukup besar pada masa depan, serta memiliki cara berpikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka dianggap memiliki sudut pandang yang sangat kreatif untuk melihat apa pun yang ada di depan mereka, termasuk soal uang.

Sardjito mencontohkan, uang terkadang bisa membuat seseorang menjadi terhormat. Misalnya, ketika naik pesawat terbang, seseorang yang berada di kelas bisnis dan ekonomi memiliki kesan berbeda. "Naik (kelas) ekonomi tak ada yang menghormati, uang membuat Anda memiliki martabat," dia mengibaratkan.

Baca: Makan Sendiri Berteman Gawai, Ciri Generasi Milenial

Menurut Sardjito, investasi bisa dimulai dengan menabung dan mempelajari cara mengelola keuangan. Masuk ke sektor jasa keuangan lewat pengetahuan yang memadai, kata dia, bisa membuat bangsa Indonesia menjadi lebih kompetitif secara ekonomi. "Harus ada pengetahuan. Jika tidak, berbahaya."

OJK telah meluncurkan modul e-learning mengenai literasi keuangan yang ditujukan bagi siswa SD dan SMP. Dengan modul ini diharapkan ada peningkatan literasi keuangan di kalangan pelajar Indonesia. Modul tersebut juga untuk mendekatkan produk keuangan serta jasa keuangan kepada mereka.

Baca: Sri Mulyani Sebut 3 Ciri Milenial Penentu Masa Depan

Senada dengan Sardjito, Head of Customer Segmentation and Marketing Permata Bank Ivy Widjaja, mengatakan milenial memang harus didekati dengan pendekatan yang bisa mereka terima. Ia memandang milenial memiliki karakter tiga C, yaitu creative, connected, dan confident. Karakter pertama, yaitu creative, berarti generasi milenial dianggap memiliki kreativitas yang lebih dari generasi sebelumnya. Karakter kedua adalah connected, yang membuat mereka terkoneksi satu sama lain. Ini bisa dilihat dari gencarnya penggunaan media sosial. Terakhir adalah confident, yang berarti anak-anak muda ini memiliki kepercayaan diri.

Ivy menjelaskan, pihaknya mencoba mendekati anak-anak muda melalui program besar bernama #BicaraUang. Tujuannya adalah mengedukasi masyarakat, khususnya anak muda, melalui isu-isu terkini. Harapannya, membuat masyarakat berani berbicara soal uang sejak dini.

Cara yang dilakukan, kata Ivy, melalui pemilihan brand ambassador yang memiliki pengaruh bagi anak-anak muda. Mereka juga mendekati anak muda melalui sejumlah konferensi soal keuangan karena kalangan milenial senang mendatangi konferensi-konferensi. "Ada juga program bagi milenial yang suka berkreasi walau dompet tipis, agar mereka gampang cari uang," ujarnya.

Baca: Buat yang Merasa Generasi Milenial, Buang Jauh-jauh 3 Sikap Ini

Retail Banking Director Permata Bank, Djumariah Tenteram, mengatakan sebenarnya membicarakan keuangan merupakan hal kekinian. Menurut dia, pada masa depan, orang tak hanya bisa menghabiskan uang, tapi juga harus bisa mengelolanya dengan baik. Ia yakin generasi milenial memiliki sesuatu yang luar biasa sehingga bisa mewujudkan mimpi-mimpinya jika mulai mengenal lebih jauh soal makna uang.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus