Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Memenuhi kebutuhan gizi si kecil tidaklah mahal. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Vektor, dan Zoonotik Kementerian Kesehatan RI, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Dsc, memberi contoh daun kelor, yang dikenal masyarakat Indonesia sejak era penjajahan Belanda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun kala itu orang tidak menyadari besarnya manfaatnya. Malah meyakini kelor sebagai daun pengusir setan.
Baca juga: Suami Istri Bekerja Kerap Bertengkar, Atasi dengan Teori Layangan
Teknologi memungkinkan peneliti mengetahui vitamin dan mineral yang tersimpan dalam daun kelor. Tahukah Anda, kandungan kalium (yang amat baik untuk menjaga kesehatan jantung) pada kelor 3 kali lebih banyak daripada pada pisang? Vitamin A yang tersimpan di daun kelor 4 kalinya wortel. Zat besi daun kelor setara dengan 25 ikat bayam. Vitamin C-nya setara dengan 7 buah jeruk. Daun Kelor. Tokopedia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi di daun kelor itu setara dengan 4 gelas susu. Protein daun kelor 2 kali lipatnya yoghurt. Makanya Bu, perkenalkan si kecil kepada daun kelor. Anda bisa mengolahnya menjadi sayur bening,” Elizabeth mengimbau.
Di era modern, teknologi memungkinkan daun kelor diolah menjadi serbuk lalu dikemas dalam bentuk kapsul. Perubahan bentuk ini mengubah konfigurasi vitamin dan mineralnya. “Kaliumnya jadi 10 kali lipat, kalsiumnya 17 kali lipat, dan proteinnya 9 kali lebih banyak. Namun vitamin C-nya rusak, tinggal setara dengan setengah buah jeruk saja,” urai dia.
Baca juga:
Duduk terlalu Lama? Penggumpalan Darah Mengintai, Cek Risetnya
Ganti Suasana Rumah? Mulai dari Ruang Tamu dan Dapur
Khusus untuk kaum hawa, Elizabeth mengingatkan beratnya tanggung jawab selama hamil. Saat berbadan dua, asupan vitamin dan mineral mesti dipantau. Jika tidak, kesehatan ibu dan si kecil taruhannya. Saat kekurangan zat besi misalnya, ibu hamil rawan keguguran. Kalaupun bisa bersalin, bayi berisiko lahir cacat, prematur, atau berat badan lahir rendah. Teh Daun Kelor. TEMPO/Charisma Adristy
“Jika kekurangan vitamin D, bayi bisa kena diabetes tipe 1 yang membuatnya bergantung pada insulin. Selain itu berisiko terkena asma dan skizofrenia. Jika kekurangan kalsium, ibu hamil mengalami hipertensi, preeklamsia, dan kejang. Bayi yang dilahirkan pun berisiko mengalami penyakit serupa. Kalau Anda kekurangan semua elemen gizi ini, anak Anda akan stunting,” tutup Elizabeth.
TABLOIDBINTANG