Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 19 November 2022, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengumumkan ditemukannya satu kasus polio di Pidie, Aceh. Kasus ini membuka kembali sejarah kelam di Indonesia atas penyakit yang menyebabkan kelumpuhan itu setelah pada 2014 Indonesia menerima sertifikat bebas polio.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penemuan virus polio tipe 2 di Aceh menempatkan Indonesia sebagai negara ke 16 dengan kasus tipe tersebut. Alhasil, pemerintah pun menetapkan polio sebagai Kejadian Luar Biasa atau KLB di Indonesia Bahkan, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengumumkan ada dua kasus polio baru, masih di Pidie Aceh sehingga kini total ada tiga kasus penyakit polio di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perjalanan polio di Indonesia
Laman Infeksi Emerging menyebut virus polio liar asli Indonesia (indigenous) sudah berhasil diberantas sejak 1996 setelah dilaksanakan PIN Polio tiga tahun berturut-turut pada 1995-1997. Setelah 1988, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan resolusi memberantas polio yang bertujuan untuk mencapai pengurangan permanen hingga nol tanpa risiko reintroduksi dan pada tahun yang sama Inisiatif Pemberantasan Polio Global (GPEI) diluncurkan. Ini kemudian yang mendorong produksi vaksin juga diperluas secara global, dengan kapasitas yang signifikan dikembangkan di negara-negara termasuk India dan Indonesia.
Namun, pada 13 Maret 2005 ditemukan kasus polio importasi pertama di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dalam kurun waktu 2005 sampai awal 2006, kasus polio tersebut berkembang menjadi KLB yang menyerang 305 orang. KLB ini tersebar di 47 kabupaten/kota di 10 provinsi. Terlebih selain menghadapi KLB polio ini, Indonesia juga dihadapkan pada ditemukannya 46 kasus Vaccine Derived Poliovirus (VDPV), yaitu kasus polio yang disebabkan oleh virus dari vaksin.
Kasus ini terjadi apabila banyak anak yang tidak diimunisasi. Sebanyak 45 kasus tersebut sebarannya di semua kabupaten di Pulau Madura dan satu kasus di Probolinggo, Jawa Timur. Kemudian dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI), dua kali mop-up, lima kali PIN, dan dua kali Sub-PIN, KLB polio dapat diberantas sepenuhnya.
Kasus Virus Polio Liar (VPL) yang mengalami kelumpuhan terakhir ditemukan pada 20 Februari 2006 di Aceh. Sejak saat itu hingga saat ini tidak pernah lagi ditemukan kasus polio di Indonesia. Hingga pada 2014 Indonesia bersama sederet negara di Asia Tenggara menerima sertifikat bebas polio dari WHO. Namun, laman sehat negeriku Kemenkes justru mencatat pernah terjadi KLB polio di Papua diakibatkan oleh Vaccine-Derived Poliovirus Type 1 cVDPV1 (circulated Vaccine Derived Polio Virus type 1) yang terdeteksi pada 2019.
Sebelumnya Kemenkes telah menyampaikan laporan kepada WHO Indonesia tentang terjadinya KLB cVDPV1di Kabupaten Yakuhimo Provinsi Papua dengan satu kasus yang dimulai 27 November 2018 dan dengan indikasi adanya transmisi pada dua orang anak sehat. Pemerintah kemudian mengambil beberapa langkah strategis mengatasi hal ini, salah satunya dengan pelaksanaan segera ORI untuk kelompok usia rentan di wilayah terkena KLB Polio hingga pada 26 Mei 2020 WHO mengakhiri KLB polio di Papua.
Virus polio bekerja dan membuat penderitanya mengalami kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang. Selain itu, virus ini dapat menyerang semua usia tetapi lebih sering menyerang anak di bawah 5 tahun atau balita.
Perjalanan polio dari masa ke masa di dunia Mengutip laman Infeksi Emerging Kemenkes, pada awal abad ke-20 penyakit ini tercatat pernah melumpuhkan ratusan ribu anak di negara-negara industri sehingga menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti. WHO menyebut, wabah polio tersebut tercatat salah satunya di New York pada 1916, menewaskan lebih dari 2.000 orang, dan wabah terburuk yang tercatat di Amerika Serikat pada 1952 menewaskan lebih dari 3.000 orang.
Banyak yang selamat dari penyakit itu menghadapi konsekuensi seumur hidup, mulai kecacatan pada anggota badan atau perlu menggunakan alat bantu pernapasan seperti paru-paru besi, respirator buatan yang diciptakan untuk pengobatan pasien polio.
Sekitar 90 persen orang yang terinfeksi virus ini tidak memiliki gejala atau timbul gejala yang sangat ringan dan umumnya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher, dan nyeri di tungkai. Namun, pada 7-21 hari setelah terinfeksi virus polio akan terjadi kelumpuhan.