Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Meskipun bekerja dari rumah (WFH), ayah tetap perlu meluangkan waktu bermain dan berinteraksi dengan anak. Hal itu disampaikan oleh psikolog anak dan keluarga dari LPT Universitas Indonesia, Mira Damayanti Amir. Menurutnya, hal ini penting untuk menjaga hubungan ayah dan anak serta memperpendek jarak di antara keduanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Terutama jika terjadi penolakan yang berulang dari sang ayah, tentu mengakibatkan kekecewaan bagi anak. Ketika kekecewaan ini sudah muncul maka anak cenderung tidak akan percaya, bahkan tidak menghargai sosok ayah," kata Mira.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Di sisi lain, Survei Pelaksanaan Pembelajaran dari Rumah dalam Masa Pencegahan COVID-19 Tahun 2020 oleh Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menunjukkan sebanyak dua pertiga (sekitar 66,7 persen) pendampingan anak di Indonesia masih dominan dilakukan oleh perempuan. Selain itu, survei yang digelar April-Mei 2020 pada orang tua di 34 provinsi tersebut menemukan penyebab utama orang tua (53,8 persen) tidak bisa mendampingi anak belajar di rumah adalah karena tuntutan pekerjaan.
"Bisa dikatakan WFH tidak menjamin seorang ayah mampu mendampingi anak-anaknya secara maksimal meskipun berada sepanjang hari di rumah. Alasannya, para ayah tetap memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan kantor meski berada di rumah," kata Mira.
Layanan edutech GREDU memberikan kiat-kiat agar ayah bisa tetap berinteraksi pada saat WFH untuk meningkatkan kualitas pendampingan anak.
Berdiskusi dengan anak, tentukan kapan ayah siap mendampingi
Ketika anak meminta waktu untuk bersama, maka ayah sebaiknya berupaya untuk memenuhinya. Jika belum bisa, tentukan kapan ayah siap. Contohnya, ketika anak meminta waktu untuk bermain, ayah bisa meminta anak untuk memberikan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan terlebih dulu. Ayah harus mampu berdiskusi sehingga anak akan mengerti. Pentingnya komunikasi dua arah dengan anak tentunya akan menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan bagi kedua pihak.
Lakukan kontak mata ketika berkomunikasi dengan anak
Hal yang paling mudah dilakukan ketika berbicara adalah mata ayah tertuju pada anak sehingga ayah akan memahami apa yang hendak ia sampaikan dan merasa dihargai.
Posisikan anak merasa diperhatikan dan disayangi
Hal sederhana namun berdampak cukup besar adalah sentuhan dari orang tua. Misalnya, ketika sudah selesai bekerja namun anak sudah terlelap, ekspresikanlah dengan sekadar memeluknya saat dia tertidur. Usahakan agar kebiasaan ini dilakukan secara konsisten oleh ibu dan ayah sehingga anak tetap merasa diperhatikan.
Beraktivitas dengan anak
Yang terakhir adalah ayah harus mampu beraktivitas motorik dengan anak. Cara ayah dan ibu menghabiskan waktu dengan anak sangat berbeda. Jika dengan ibu lebih banyak berinteraksi melalui ucapan atau sapaan dengan anak, maka ayah harus lebih mengajak anak untuk beraktivitas fisik, seperti olahraga atau permainan luar ruang.